Bola Benang Dijadikan Lampu Untung Ratusan

Profil Pengusaha Guntoro Rusli 

 

Bisnis tidak melulu ribet. Kamu tidak harus menciptakan aplikasi apapun. Tinggal pakai benang aja, pria 33 tahun ini bisa meraup omzet mencapai Rp.100 juta. Bisnisnya berjulukan lampu benang. Atau lampion dari materi benang aneka bentuk. Guntoro Rusli bercerita inspirasi awal berbisnis dari hobi mengumpulkan souvenir.

Dia seorang perajin lampu aksara asal Surabaya. Pria gantang yang dulunya seornag pelaut. Alhasil beliau jadi sering berkunjung ke kawasan dari dalam hingga luar negeri. Menjadi pelaut memperlihatkan fasilitas baginya untuk mengoleksi souvenir. Dalam perjalanannya beliau bisa memproduksi 2.000 unit lampu per- bulan.

Ide datang saat beliau melihat produk, saat Guntoro berkunjung ke Amerika Serikat dan Thailand. Orang sedang berjualan lampu. Maka Guntoro mengajak istri buat berbisnis lampu benang.

Bisnis sederhana


Waktu berjalan- jalan bersama sobat ia menemukan cotton light. Lampu hias berbahan benang aneka yang dibentuk aneka bentuk. Ia sebetulnya iseng membuat cotton light ball. Untuk awalan beliau membeli satu buah buat pola dibawa pulang. Lalu beliau mencari tau apakah ada atau belum produk sejenis di Indonesia.

Pulang dari Thailand, Guntoro mencari tau lebih dalam, dan menemukan bahwa di Bali sudah ada produsen produk sejenis. Dia tidak takut berbisnis. Pada April 2009, beliau memutuskan buat menggelontorkan sejumlah uang, uang Rp.20 juta digunakan buat memproduksi sekala besar.

Gun memulai perjuangan dari internet merambah ke penjuru Surabaya dan Bali. Uang digunakan membeli materi serta dibayar buat menggaji pegawai sendiri.

Cotton light ball atau cotton ball lantern merupakan produk lampu berbahan benang polyster. Dia memakai cetakan, dililit benang, dilem dan dikeringkan. "Setelah dikeringkan, cetakannya diambil," terperinci dia. Ternyata respon masyarakat kepada produk buatan Gun bagus. Guntoro semakin bersemangat membuat produk yang unik.

Peluang bisnisnya masih indah dikembangkan. Ia lantas mencoba memperbanyak produksi. Yakni membuat produk 500 pieces dulu. Awal penghobi traveling ini mencoba menitipkan produk ke sentra perbelanjaan di Surabaya, Jawa Timur. Dari sana beliau mulai membentuk tim desain sendiri buat menjadi pembeda produk lain.

Tim R&D dan Desain bertugas membuat desain lampu aneka bentuk. Lebih variatif sehingga ngejreng diliat mata calon pembeli. Usaha tersebut lantas, pada Februari 2011, telah berbedan hukum dibawah nama CV. Multicraft Indonesia. Kenapa begitu, sebab Gun hendak melirik pasar ekspor hingga ke Amerika Serikat.

Dia menyebut biar mudah mengurus surat- menyurat ijin ekspor. Suami dari YennyWibowo ini, juga memakai seni administrasi mengamati tren pasar. Ketika musimnya Natal, maka CV. Multicraft akan memproduksi lampu yang bertemakan pohon natal dan sebagainya.

Biasanya produk Gun digunakan sebagai hadiah dekoratif. Tidak cuma saat demam isu tertentu, secara terencana mereka memproduksi buat pernikahan, ulang tahun atau hadiah perusahaan. Dua tahun berjalan beliau makin mantap membuat ciri khas produknya.

Bisnis benang


Dia mengajak sang istri menjadi adegan dari tim kerja. Sebagai desainer interior dan event organizer agaknya sedikit banyak memacu urusan ekonomi si Gun. Berbekal jaringan istri pula, beliau bisa masuk ke ranah acara- program yang butuh souvenir -seperti ijab kabul dan ulang tahun,.dll. Ini membuat produknya lekas cepat dikenal masyarakat.

Pemasaran mulai hingga ke luar negeri. Ekspor kecil- kecilan mulai digalangkan menyerupai ke Malaysia dan juga Singapura. Gun juga sudah menembus pasar eropa, menyerupai Italia, yang mana bisa melonjakan omzet penjualan hingga ratusan juta.

"Ekspor kita masih kecil- kecilan," ujarnya merendah.

Untuk memperluas pasar kembali, Guntoro mengaku memilih menunggu dan mempelajari apalagi cotton light ball sudah cukup dikenal di luaran sana. Butuh satu sentuhan berbeda bila beliau ingin perusahaan masuk pasar asing. Brand Light Craft awalnya dikenal sebagai perjuangan pembuatan lampu benang, dan juga lampu rotan.

Strategi pemasarn berdasarkan pesanan khusus juga diapresiasi. Ia pokoknya tanggap akan impian dari konsumen dan terus berkreatifitas. Omzet meningkat dua hingga tiga kali lipat semenjak didirikan. Bayangkan beliau mengaku bisa mengantungi omzet hingga Rp.560 juta. Perbulan Guntoro memproduksi 1.000- 3.000 produk.

Lulusan perhotelan Universitas Katolik Petra Surabaya ini, mengaku tidak mencar ilmu khusus, namun secara niat serius mempelajari seni membuat lampu benang ini. Terlihat dengan keseriusan Gun menggunakan alat tenun sendiri untuk membuat produk lampu kap.

Dengan derma mesin bisa menggulung benang selusin roll beraneka warna. Untuk satu jenis lampu beliau produksi 10 dengan empat varian warna benang. Produk lampu kap butuh setidaknya 48 roll benang hingga 120 roll benang semoga membentuk karakter.

Variasi aksara juga beraneka macam termasuk tokoh kartun anak. Prosesnya gampang dijalankan tetapi butuh kreatifitas semoga tidak monoton. Untuk adegan tersulit yaitu membentuk bola benang. Juga bagaimana sih semoga membentu bentuk dekoratif dan berdesain sesuai.

Untuk produk bervariasi dari Rp.50 ribu hingga Rp.1 juta ada. Aneka aksesoris penikahan atau program ulang tahun dibandrol Rp.10 ribu hingga Rp.40 ribu. Minimal butuh 4- 6 ahad memenuhi pesanan dari mereka pemilik acara. Agar tidak kecewa selepas desain di muat ke internet ada sesi konsultasi program terlebih dulu.

"Melakukan korelasi produk dengan calon klien selama dua minggu," jelasnya. Dia lalu mengajak pegawai dan juga masyarakat sekitar bila diperlukan.

Meski diluaran sana sudah banyak peniru. Ia mengaku tidak takut. Karena Guntoro memperlakukan perjuangan layaknya urusan ekonomi besar. Sebuah perusahaan besar memiliki staf khusus buat desain. Mereka mendasain di luar kegiatan produksi. Butuh waktu berminggu- ahad buat menciptakan desain gres lebih menarik di mata.

Gun juga menganjurkan prototipe sebelum diproduksi masal. Pokoknya mah menyerupai perusahaan besar yang telah menasional produknya. Jenis produk sudah mencapai 20 jenis, mulai dari cotton ball light, cotton ball lantern, letter lamp, character lamp, cooper light, fairly light, dan beliau masih akan menambah lagi bila perlu.

Saran sebagai pengusaha mudah yaitu jadikan produk unggulan. "Terus mencar ilmu dan pantang mengalah terus berusaha. Belum perjuangan sudah mengalah ya enggak bisa," tandasnya.

Tantangan berbisnis


Memang minat pasar dalam negeri dan luar negeri beda. Jadilah harus memiliki daya tarik tersendiri di kedua sisi. Pasar nasional ditarik melalui brand Boli atau bola imut. Dibuat kecil- kecil imut dapat dijadikan hiasan di kamar. Meski sudah memiliki banyak produk dan menghasilkan ratusan juta, bukan mudah juga.

Dia bercerita di awal tidak pernah digaji. Awal usahanya beliau tidak menerima untung. Dari urusan ekonomi pribadi diputer buat gaji dan produksi. Dia menganggap ini bukanlah masalah. Gun tidak menganggap kerugian itu semua sebab proses. Sedikit demi sedikit usahanya mulai menampakkan untung dari setiap penjualannya.

Penjualan ke luar negeri juga musiman sesuai kontrak. Soal keuntungan dipacu para reseller yang bekerja giat memasarkan produk Light Craft. Menawarkan sistem reseller dan dropship tanpa minimal pemesanan. Berapapun dilayakni baik oleh Light Craft. Sistem distribusi reseller bukan retailer tetapi melalui vendor.

Dia memiliki 100 reseller semenjak tiga tahun terakhir. Produknya cukup memakai patokan harga tertinggi yakni Rp.140 ribu. Lalu Rp.50 ribu buat lampu kecil dan Rp.90 ribu buat lampu besar. Untung reseller bisa kau mengantungi untung 50 hingga 100 persen.

Dia bercerita seorang reseller dari Instagram bisa meraup Rp.20- 30 juta. Dia menyebut seorang anak kuliahan, mengambil untung kecil 20- 30 persen. Rahasianya beliau memainkan marketing dengan kuat, jadilah tidak menjual nilai eceran tetapi sudah lusinan.

Ia mengaku pernah punya gerai di Surabaya, Bali, Lombok, dan Jakarta. Namun beliau sekarang lebih memilih menjual melalui sosial media. Dia memiliki 20 staf serta 40 staf harian bila ada pesanan khusus. Dia sendiri konsern ke pemilihan dan perekrutan SDM. Masih sulit katanya mencari SDM cekatan dan kreatif jaman sekarang.

Karaketer dipriksa betul semoga menyesuaikan ritme kerja. Haruslah memiliki kompeten dan bisa mencar ilmu cepat dalam bekerja. Gun sendiri tidak ragu memperlihatkan dorongan. Tujuannya semoga menerima hasil yang maksimal bekerja. Ia tidak ragu mendengar keluhan kemudian mendorong stafnya semoga tidak malah down.

Dia meciptakan suasana kawasan kerja senyaman mungkin. Ia menekankan aspek kekeluargaan, mulai dari makan bersama, liburan bareng ke kawasan wisata, melaksanakan training, melalukan pembekalan. Meski sudah sekuat tenaga mendukung SDM, kendala lain yaitu materi baku yang masih impor semoga sesuai standarisasi.