Bank Mempersulit Pengusaha Keluhan Pengusaha Peci Lontar

Profil Pengusaha Mulyadi 



Menjadi pengusaha terkadang tidak ada dibenak. Apa yang dilakukan kita terkadang menjadi rejeki. Seperti dongeng Mulyadi, melihat bagaimana daun lontar dapat dibentuk sedemikian rupa. Ujungnya beliau menciptakan peci lontar karyanya sendiri. Selain peci beliau juga membuat aneka topi berbahan daun lontar nan- elok.

Produk buatannya sudah berkelana hingga Amerika dan Korea. Manfaatnya sedemikian rupa hingga orang NTT menyebutnya pohon kehidupan. Buahnya mampu dirubah menjadi minuman segar berjulukan nata de nira/ lontar. Buahnya setengah renta dapat dijadikan materi pakan. Kalau sudah renta dapat menjadi materi make up.

Pria 31 tahun ini sudah mendesain topi dan peci semenjak 1992. Menurutnya pohon lontar kok seolah-olah pohon kelapa. Lalu beliau berkesimpulan serat pelapahnya dapat menjadi bahan. Kini harga jual serat lontar yang ia telah rubah menjadi topi atau peci antara Rp.25 ribu hingga Rp.50 ribu.

Sebulan beliau memproduksi paling sedikit hingga 1.000- 3.000 buah. Omzet penjualan Mulyadi juga lumayan hingga Rp.30 jutaan.

Produknya menyebar tidak cuma Sulawesi, tetapi sudah Jakarta dan Surabaya. Namun tidak berhentik, ia menjualnya hingga ke Jepang, Korea, Malaysia, dan Amerika Serikat. Itu sudah berkurang jumlah negara tujuan ekspor. Ia mengaku sangat kesulitan untuk memenuhi pasar ekspor.

"Sekarang enggak ekspor lagi," keluhnya. Sulitnya menghimpun dana buat berproduksi. Sulitnya mengajukan dana dari Bank membuat Mulyadi berkecil hati. "..dipersulit, jadi malas," sanggahnya.