Pengusaha Kopiah Tasikmalaya Inspirasi Tanpa Henti

Profil Pengusaha Asep Mulyadi 



Umat Islam di Indonesia kan identik dengan peci. Nah inilah kenapa putra asal Tasikmalaya ini berbisnis. Dia berjulukan Asep Mulyadi. Pengusaha sederhana memproduksi aneka peci keren. Menurutnya tidak banyak orang mau bergelut di bidang ini.

Bermula dari sebuah usaha konveksi baju sendiri. Tetapi usahanya tidak berjalan lama. Untuk meneruskan hidup jadinya Asep memilih mengajar di sebuah pesantren. Asep juga mengejar pendidikan formalnya dulu. Makanya usaha konveksi tersebut tidak ia perjuangkan kembali.

Masuk tahun 2010, dimana ia menerima putra kedua, tuntutan hidup memaksa Asep berwirausaha lagi. Kali ini ia memilih berjualan kopiah atau peci. Modal uang Rp.1.500.000 -menggunakan uang anak. Uang tersebut diberikan orang bau tanah Asep buat anaknya yang gres lahir itu. 

"Saya gunakan uang anak... lalu saya belanja dengan uang tersebut," jelasnya. Mau membeli kopiah buatan sobat malah harganya tinggi. Asep sendiri buta pasaran kopiah. "Tapi susah laku," kenang Asep. Karena ia merasa bahwa membeli dari sobat dan dijual kembali susah; Asep terpikir sesuatu.

Berpikir pasti usahanya tidak akan bertahan lama. Asep memutuskan membuat kopiah sendiri. Tujuannya biar ia paham soal harga pasaran. Meski tanpa pengalaman ia tetap membuat. Dia mencoba. Tetapi hanya beberapa bulan gagal. Asep tetap mencoba lagi hingga kedua kali.

Bapak dua anak ini cuma paham sedikit perihal ilmu ekonomi. Buta soal produksi, distribusi, pemasaran, ia lakukan semua secara intuisi saja. Asep hanya tau ia harus terjun sendiri mencicipi pahit getir.

Bisnis perjuangan


Ilmu ekonomi Asep berbekal pengalaman. Satu bulan pertama membuat kopiah gagal. Bulan kedua jadinya ia dapa dijual tetapi belum bagus. Asep memang mempedulikan kualitas. Dua bulan berselang fokusnya ialah bagaimana membuat produk lebih bagus. Dia mencoba beberapa kali dalam setahun.

Sampai, Asep menemukan formula bagus, waktu itu ia membuat kembali meski semua sendirian. Tekun dan tabah kopiah buatannya kini laku dipasaran. Bertahap kopiah buatannya laku dipasaran. Dan jadinya Asep mampu membuka lapangan pekerjaan. Dia lantas dibantu 10 karyawan mengerjakan.

Semakin sukses, kini ia sudah memiliki 140 karyawan ditambah 10 orang karyawan freelance. Kopiahnya diproduksi 10 kodi per- hari. Usaha ini seratus persen berguru urusan ekonomi otodidak. Asep tidak mengenyam pendidikan manajemen. Boro- boro kuliah, Asep tercatat cuma lulusan paket C atau setara SMA.

Ia mengajak mitra bekerja sama. Alhasil usahanya semaki membesar. Modal kepercayaan merupakan hal terpenting. Bagi Asep kepercayaan harus selalu dijaga. Sisanya yaitu soal bagaimana menerima sumber daya insan berkualitas. Nah, disinlah problem utama bagi setiap pengusaha muda menyerupai kita ini.

Kunci mengumpulkan modal uang Asep mudah. Ia tidak mau ke bank. Keribetan tersebut diakali lewat ia meminjam ke pengusaha kain, pengusaha benang, pengusaha bordir. Ada semacam simbiosis saling untung diantara mereka.

Bagianya membangun contoh pikir kesukaran sendiri. Modal berupa sumber daya insan berpola pikir baik sukar. Dia tidak ada lelahnya mendidik karyawan. Sebuah seni dan keindahan sendiri dari berwirausaha. Ia selalu menekankan bekerja lah dengan tanggung jawab.

Tidak cuma bertanggung jawab dengan diri sendiri. Bertanggung jawab lah dengan produk kita buat. Lalu kepada masyarakat yang menggunakan produk kita. Produksi harus semakin bagus biar konsumen puas. Hingga nanti jadilah perusahaan semakin maju dan berkembang mensejahterakan di karyawan sendiri.

Untuk karyawan paling enak mengajari lulusan sekolah dasar. Walau kebanyakan karyawan Asep jebolah sekolah menengah. Mereka lulusan sekolah dasar memang enak diajari adegan produksi. "Tetapi saya enjoy saja Kang, ini kan ibadah juga," Asep mengaku tenang.

Bisnis sederhana berkembang


Jika ditanya hingga mana urusan ekonomi kopiah miliknya. Dengan besar hati Asep mengaku sudah hingga ke Malaysia, Thailand, Pakistan. Pulau Jawa sendiri hampir sudah seluruh pelosok nama Al Markaz Collection ada. Ia mengatakan mereka penjual selalu mencari produknya. "Bisa jadi kopiah produk saya sangat menarik."

Semula permulaan urusan ekonomi Asep jeblok. Bertahap dari kaki lima, toko hingga grosi dimasuki Asep. Dalam kurun waktu tiga tahun Asep terjun sendiri mencari pelanggan. Ia berguru sendiri perihal pasaran. Semua ia geluti sendiri dengan tujuan mempelajari urusan ekonomi dari hulu hingga ke hilir.

Pernah kopiahnya dikomplain pelanggan. Ada orang bilang jelek lah lalu tidak mau bayar. Bangganya saat kerja kerasnya terbayar saat kopiahnya masuk televisi. Dia besar hati banyak artis memakai kopiahnya. Juga saat momen pemilihan Perdana Menteri Malaysia, banyak warga Malaysia memakai kopiah buatan Asep.

Asep mengaku senang sebab bisnisnya tumbuh. Soal omzet mencapai 10% hingga 20% dari 2.000 hingga 3.000 kodi per- bulan. Harganya bervariasi per- kodi seharga Rp.280 ribu dan produksi 100 kodi setiap harinya. Pria kelahiran 28 Agustus 1982 ini ingin perusahaan lebih besar dan mempekerjakan lebih banyak.

Asep kini tengah menambah varian produk. Merambah urusan ekonomi fasion, Asep juga mau membuat aneka baju koko. Ia juga sudah berinvestasi di properti loh. Dia ingin membangun sekolah gratis mandiri. Yakni sekolah menghasilkan uang buat membiayai siswa yang masuk disana.