Jual Ikan Lele Asap Piko Resign Pegawai Bank

Profil Pengusaha Al Iskandariah



Ide urusan ekonomi terkadang terinspirasi perjuangan lain. Kalau ada ikan bandeng diasap, kenapa tidak kita membuat itu dengan materi ikan lele. Mungkin ini dibenak Al Iskandariah, cowok 26 tahun asal Jambi yang mengaku beliau berhenti menjadi pegawai Bank buat berjualan ikan lele diasap.

Jika umumnya pecel lele digoreng kini tersedia diasap. Pengusaha ikan lele asap ini mengatakan rasa disuguh berbeda. Menjadi wirausaha dianggapnya memilik tantangan. Idenya datang sendiri. "Jadi lelenya diasapkan, di- smoke," imbuh cowok yang bersahabat dipanggil Piko.

Pemuda kelahiran 28 Februari 1988 memiliki cara pengasapan sendiri. Ia menyebutkan butuh 2 hari atau 2x 24 jam tetapi kemudian dioven. Pertama diasapkan bawahnya pakai asap kayu bakar. Menggunakan asap berpanas 40- 50 derajat celcius. Tetapi jangan hingga ada baranya terperinci Piko menjelaskan lebih.

Dia menambahkan jangan kayu sembarang kayu. Piko mengisyaratkan kayu dari pohon buah manis ibarat buah rambutan. Kalau memakai kayu sembarangan maka rasanya tidak akan sama. Rasa cenderung pahit rasa ikan lele tersebut. Sayangnya, kayu ibarat ini susah dicari, lantaran penebangan buat lahan dan pabrik.

Di Jambi menurut Piko memang susah di Sumber Daya Alam. "Kita perlu kayu, tetapi kayu langka," jujur dia. Modal awal usahanya hingga Rp.20 juta. Dimana untung beliau raup mencapai Rp.40 jutaan sekarang.

Kedepan, beliau berharap kemasan lebih bagus, jadi lele asap buatanya mencapai pasar modern. Caranya yaitu mengemas lebih berwarna dan menarik. Ia percaya diri akan mencapai pasar modern. Dia tidak tanggung keyakinan tersebut sudah dimulai dengan proses pengemasan. "...Insyaallah 3 bulan kedepan," tuturnya.

Dia rela melepaskan pekerjaan di perusahaan milik pemerintah. Bermodal tabungan Rp.20 juta dimulailah ia bekerja sendiri. Memang di benak Piko menjadi pengusaha lebih untung. Kini keberanian Piko terbayar dari keuntungan lebih tinggi dibanding gajinya dulu. Potenis urusan ekonomi lele dirasa memiliki potensi besar kalau serius.

Ia membeli lahan kemudian oven. Peralatan terpenting menurutnya ialah oven besar buat mengeringkan. Ia mengatakan fungsi oven buat menyempurnakan proses pengeringan. Ini dikatakan Piko sebagai ganti dari pengeringan lewat sinar matahari.

Cara Piko memang berbeda dan terbukti efektif. Fungsi pengeringan buat mengurangi kadar air ikan lele segar. Proses pengasapan sendiri butuh waktu 5 jam. Proses pematangan akan memunculkan aroma khas menggugah selera. Ikan lele asap akan terlihat mengkerut. Dia pun memiliki taktik menjual tersendiri lagi.

Ia mencoba membangun lele asap menjadi ikon Jambi. Dijualnya melalui toko oleh- oleh khas Jambi. Dia mempromosikan sebagai makanan ikonik budaya daerah. Dia membuat lele asapnya seolah harus dibeli jikalau kita mampir ke Jambi. Memang keraguan akan produk buatan rumah buatan Piko ada.

Tetapi beliau menjawab keraguan tersebut. Dia sekarang membuat kemasan bersih, higenis, dan menarik buat ditenteng. Cara ini menjadi andalan semoga meyakinkan bahwa lele buatanya sehat dan bersih. Tidak ibarat hal ikan asap dipajang di pinggiran jalan. Cara kemasan juga digunakan untuk membuat tahan lebih lama lagi.