Contoh Sukses Warung Pecel Bu Wied Barokah

Profil Pengusaha Wiedyanti 


 
Tidak semua perjuangan keluarga berjalan lancar. Beberapa anak memilih membuka perjuangan sendiri, tidak maunya meneruskan perjuangan keluarga. Beberapa orang terpaksa menjalankan amanah tersebut. Namun tidak sedikit orang nrimo menjalankan perjuangan keluarga sebagai bakti maupun passion.

Panggilan hati Wiedyanti melanjutkan perjuangan keluarga. Wanita 56 tahun ini merupakan anak pemilik perjuangan pecel asli Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Nama perjuangan Warung Pecel Bu Wied, sebab dijalankan penuh ikhas oleh Wiedyanti jadinya perjuangan tersebut makin moncer.

"Ya, saya pilih pecel sebab disamping tradisional juga sayuran kan lebih banyak peminatnya," ujar ia terang singkat.

Meneruskan perjuangan ibu bukan berarti tanpa modal. Berkisah ia mengeluarkan uang Rp.500 ribu. Ibu empat putra ini telah bisa mengantungi Rp.7 juta hingga Rp.10 juta per- bulan. Untung memang banyak yah ia menyebut sebab harga sayur tidak terlalu mahal.

Kualitas bumbu kacang pecel Bu Wied memang legit. Itulah kenapa pelanggan akan kembali apalagi harga murah. "Yang penting semuanya senang, pelanggan balik lagi," tandasnya.

Dia sendiri tidak mau untung sendiri. Wied menerima pemberian banyak orang. Saking ramainya ketika hari libur ia dibantu lima orang. Kalau hari biasanya Bu Wied cuma dibantu dua orang karyawan. Kalau di hari biasa memang tidak begitu ramai. Tetapi sebab enak pelanggan pastilah akan balik lagi.

Rahasia urusan ekonomi pecel


Sebagai pengusaha perjalanan Wied memang tidak gampang. Dia berkisah pernah mengalami masa dimana tidak ada pembeli. Susahnya mencari pelanggan pernah dirasakan dia. Wied cuma berdoa kepada Yang Mahakuasa biar diberi kesabaran serta kesuksesan nanti. Bertahap perjuangan sederhana itu mulai membenahi diri mengikuti arus.

Warung Pecel Bu Wied terkenal rasanya. Berkat kegigihan dan selalu menjaga pelanggan, membuat Bu Wied bisa menguliahkan dan menyebabkan putra- putranya pegawai negeri. Dia begitu terharu dari cuma jualan pecel bisa menghantarkan anak- anaknya mapan.

Tiga putra Bu Wied menjadi pegawai negeri sipil. Sementara satu lagi memilih membantu ibunya berjualan. Mungkin yang satu ini lebih berminat ke dunia wirausaha. Mereka yang menjadi PNS bertempat di Medan, Kalimantan dan Jakarta. "Mereka suka pulang kesini," tuturnya terharu.

Prinsip perjuangan Bu Wied ialah demi keluarga. Dia bekerja sekuat tenaga biar anaknya jadi orang. Tidak apa jikalau ia tidak bersekolah tinggi asalkan anaknya sukses. "...anak- anaknya bisa kuliah semua, bisa sukses. Saya kadang- kadang enggak percaya, kok bisa ya," imbuhnya.

Ia mengingatkan pengusaha muda bahwa tidak ada perjuangan sia- sia. Terpenting bagi pengusaha menurut ia ialah harus ulet, ikhlas, dan jujur, maka akan dimudahkan segalanya. Menurut Wied tidak ada perjuangan sia- sia. Asal kita mengikuti tiga kunci diatas -ulet, ikhlas, dan jujur- maka perjuangan akan berjalan sesuai arahnya.

"Kalau moda bisa dicari kan, kalau kitanya ulet," imbuh dia.

Usaha sederhana untung banyak

Pelanggan Wied kabanyakan warga sekitar. Jadilah pastikan perjuangan kau bersahabat dengan daerah keramaian. Ia menuturkan perjuangan buka pukul 08.00- 09.00 wib kalau dihari biasa dan pukul 06.00 kalau final pekan. Untuk konsep urusan ekonomi ditawarkan Bu Wied terbilang unik dan modern.

Dia menawarkann konsep prasmanan. Tujuan ia biar pelanggan tidak ribet dan ia enak. Pembeli sesuai selera bisa memilih sesuai selera. Kalau ia pilihkan terkadang malah dibuang. Mubazir katanya,  terbukti dari konsep prasmanan membuat perjuangan Bu Wied lebih menonjol.

Pembeli tidak mengeluh hingga ketika ini. Kualitas kuliner Bu Wied memang jos gandos. Kebanyakan sudah jadi pelanggan tetap pecel Bu Wied. "Saya menjaga mutu, harga naik tidak apa- apa yang penting mulutnya terjaga," imbuhnya. Biarkan saja produk kau naik sesuaikan modal tanpa mengurangi cita rasa.

Takaran bumbu tidak berubah meski harga cabe naik, misalnya. Wied tidak pernah mengurangi takaran dari bumbu pecelnya. Namun ia tetap berharap harga tetap stabil tidak berubah. Tujuannya biar memudahkan ia menentukan harga tidak merepotkan.

Kadang naik- kadang turun membingungkan Wied. Dia sendiri susah menaikan meski kenaikan tidak dapat dihindari -kualitas merupakan nomor satu. "Kalau jualan gini kan enggak bisa naiki harga sembarangan," ia menutup.