Raja Mahar Bangkalan Madura Selalu Berbisnis

Profil Pengusaha Devriansyah Kurniawan



Berbekal kesuksesan semata tidak lah cukup. Dia sempat merasa iri akan pengusaha kota alasannya yaitu dukungan pemerintah pusat. Meski sama- sama menerima penghargaan tingkat nasional. Teman- sahabat Devri diajak makan malam dan bonus oleh pemerintah daerahnya, alasannya yaitu mengharumkan nama daerah.

"Sementara saya, biasa- biasa saja. Iri sih," tuturnya. Berkat perasaan tidak pernah puas membuatnya terus berbisnis bahkan berekspansi. Sebagai pengusaha 28 tahun ini berbisnis merupakan hidupnya. Berbekal jiwa seni tinggi mendulang uang puluhan juta.

Dimulai 2010 silam, ia mempunya hobi melukis diatas kenvas, dan menjalar hingga ke sepatu. Devri jujur mengaku menjadi pelukis di kanvas lukis tidak menjanjikan. Sulit menjual lukisan biasa kalau dijual eksklusif ke masyarakat. Tidak semua masyarakat paham akan nilai seni, mereka membutuhkan produk kasatmata dipakai.

Sempat menyabet banyak penghargaan. Dari sebelumnya mewakili Madura, kini, ia dikenal sebagai salah satu pengusaha ternama membanggakan Jawa Timur. Sang istri, Syahfitri Tika Suci, mengaku gembira akan ketekunan sang suami. Yang kini dikenal sebagai Raja Mahar Bangkalan,  dongeng selengkapnya akan dibahas disini.

Bisnis sederhana


Mulai berbisnis sepatu lukis. Tangan kreatif Devria tertoreh di kanvas berbentuk sepatu. Ini lebih menjual ia mengakuinya. Pemuda kelahiran 8 Desember 1989 ini mulai memasarkan produk sepatu lukisnya itu. Modal ia dapatkan lewat pinjaman koperasi. Dari pinjaman koperasi mahasiswa sebesar Rp.1 juta dibelikan sepatu polos.

"...dan bahan- materi lukis lainnya," tambahnya. Walaupun urusan ekonomi dijalankan tidak sesuai dengan pendidikan yang ia tekuni kala itu.

Mahasiswa Teknik Industri lulusan Universitas Trunojoyo Bangkalan, Jawa Timur, ini tetap berkarya dengan penuh kecintaan. Berkat hobi bisa mempekerjakan sembilan orang karyawan. Berkat pertolongan mereka jadi usahanya berkembang pesat merambah banyak sekali bisnis.

Ia bisa menembus ke pasar luar negeri. Semua berkat seni administrasi marketing online dan offline dijalankan dia. Untuk urusan ekonomi sepatu lukis waktu itu masih menjadi urusan ekonomi utamanya. Alumnus SMK 2 Bangkalan tersebut mau berguru sebagai pengusaha secara otodidak. Ia ingin merubah pola pikir mahasiswa lulusan baru.

"Lulus nanti tidak selalu harus mencari kerja. Tetapi membuka pekerjaan bagi orang- orang di sekitarnya," ia berujar.

Produk bikinan Devria berkembang. Fokus usahanya lebih ke aneka souvenir serta mahar pernikahan. Kita sebut saja lukisan dari materi uang logam atau kertas, kaca, toples fanel berbentuk kudapan manis tart, membuat toples kartun, serta bentuk lain yang cocok dijadikan hadiah.

Intinya ia cuma menyalurkan bakat melukisnya ke bisnis. Kamu pun dapat melakukannya tinggal mencari media sempurna saja. "Dan ini harus diasah dan dilatih terus- menerus," katanya.

Berawal dari pengalaman kesulitan membayar uang sekolah. Keterpaksaan ini membuat hobi menjadi urusan ekonomi serius. Istilah terkenalnya yaitu the Power of Kepepet. Dimulai semenjak 2009 urusan ekonomi terus berkembang hingga ia melegalkan urusan ekonomi menjadi PT. Devri Art Production bersiap bersaing dengan kompetitor.

Dia hanya melaksanakan perubahan. Menaruh lukisan dalam media non- konvensional hingga dijual dan terjual menghasilkan jutaan.

Tahun 2013 memang menjadi titik awal perkembangan bisnisnya. Dia melihat prospek kedepan urusan ekonomi mahar. Dan ia eksklusif mengeksekusi dengan gayanya sendiri. Pengusaha muda asal JL. Jokotole G.III No.2 Kel. Kraton, Bangkalan Madura. Mampu menyebarkan urusan ekonomi mahar hingga tiga cabang.

Cabangnya meliputi Sumenep, Sampangan, dan Pamekasan.  Tetapi tetap sentra urusan ekonomi mahar miliknya ya di Bangkalan. Produk andalan Devria yaitu mahar berbentuk masjid. Untuk produk satu ini sudah dipesan bahkan oleh orang Kalimantan Barat hingga Sumatra.

Ia membuat harga mahar terjangkau. Modelnya variatif dan motifnya menyesuaikan. Bisnisnya juga menjamin tidak akan butuh waktu lama pengerjaan. Harga mulai Rp.250 ribu hingga Rp.1 jutaan. Penjualan utama ya melalui penjualan online.

Peluang mahar


Kreatifitas tersebut berakhir ditempat yang tepat. Devrian kini dikenal sebagai pemilik perjuangan Raja Mahar. Ia memang bukan pemain gres di urusan ekonomi souvenir. Pengusaha muda asli Bangkalan ini telah bisa mengantongi omzet mencapai Rp.17 juta per- bulan. "...dan akan meingkat ketika trend kawin," imbuhnya.

Raja Mahar fokus berpromosi online dan offline. Pengembangan urusan ekonomi offline melibatkan agen, yang sudah tersebar di empat kabupaten Madura. Promosi online meliputi website juga Facebook. Bentuk pelayanan optimal terus ditingkatkan supaya Raja Mahar semakin terkenal.

Kunci sukses menurutnya yaitu kejujuran dalam bisnis. Bentuk kejujuran contohnya kesanggupan suatu hari, Raja Mahar menerima pesanan uang mahar Rp30 juta dengan uang pacahan Rp.100 ribu. Devrian mengaku sempat terkejut dan takut. Uang tersebut tergolong nominal besar selama ia mengerjakan mahar.

Kepercayaan memegang uang sebanyak itu bukan main. Bisa saja ia memanfaatkan bisnisnya buat mencari untung lebih. Bayangkan uang Rp30 juta tetapi jasa merangkainya cuma Rp.300 ribu. Meski begitu ia tetap senang alasannya yaitu Raja Mahar makin terkenal. Kedepan ia berharap penjualan mencakup penjuru Jawa Timur.

"Di Madura sendiri belum ada kompetitor, kami satu- satunya," akunya.

Geliat urusan ekonomi mahar Devri mulai terdengar. Menjual aneka mahar ibarat mahar ijab kabul berbahan dasar uang kertas atau logam bermotif Masjidil Haram, Mekah, ataupun minatur Suramadu, bentuk ikan arwana, atau kau bisa memesan minatur kau dan pasangan kamu, yang contohnya tertata rapi di etalase.

Paling menarik perhatian yaitu lukisan siluet Walikota Surabaya, Tri Risma, dan juga Presiden RI, Jokowi, yang terbuat dari materi uang logam. Menurut Devri untuk produk satu ini tengah hit. Membuat aneka siluet tokoh nasional menjadi pekerjaan sehari ia dan pekerjanya.

"...hanya membutuhkan waktu sehari," Devri berujar.

Musim nikah menjadi berkah, dibulanan Juli, maka ia bersama perusahaanya CV. Devri Art Production akan dicari. Julukan Raja Mahar -sekaligus brandnya- sudah melekat disosok pengusaha muda ini.Setiap hari 10- 12 pesanan mahar dikerjakan. Jika hari biasanya (diluar trend nikah) maka cuma bisa mengerjakan 1-2 per- hari.

September 2015, Devri melepas masa lajangnya, dimana maharnya ia menyebutkan mahar empat dimensi berbahan uang kertas. Promosi pun dilakukan bersamaan berupa panflet untuk Kantor Urusan Agama (KUA), Kantor Kecamatan, dan Salon.

Mulai berbisnis dengan sepatu lukis yang laris dijual di hari valentine. Agar tetap menghasilkan, Devri lantas putar haluan berbisnis toples flanel berbahan kain bludru bermotif bunga. Toples- toples tersebut lantas ia jual pas bulan Ramadhan 2011 lalu, hingga Idul Fitri. Disusul urusan ekonomi siluet wajah pada 2015 yang merembet ke mahar.

Melihat peluang di Madura ada. Maka ia mantap berbisnis mahar dan terbukti pesanan sudah setiap hari. Ia bahkan jarang tidur kalau trend pengantin. Berkat urusan ekonomi mahar, putra sulung empat bersaudara ini telah mempekerjakan empat orang, yang ternyata sahabat kuliahnya dulu.

"Kendalanya ya modal. Belum ada pertolongan dari pemerintah," ia menyebut. Bantuan gres sebatas memberi tau kalau ada event atau pelatihan wirausaha. Disaat ia memanangkan lomba tingkat nasional dapat juara I tetapi ketika tingkat kawasan cuma juara II.