Butik Sampah Yogya Modal Bungkus Mie Instan

Profil Pengusaha Hijrah Purnama Putra 


  
Dia memang peduli akan lingkungan. Dari pendidikan saja, putra asli Aceh ini, lebih memilih jurusan Teknik Lingkungan. Kepeduliannya pun tidak terbatas akan ras ataupun lingkungan. Hijrah Purnama Putra memilih untuk merealisasikan kepedulian justru di Yogyakarta.

Berkuliah di Universitas Islam Indonesia, Putra sudah peduli lingkungan bermula dari hal kecil. Hingga Putra begitu sapaan akrabnya menemukan konsep bank sampah. Lantas berlanjut membentuk apa namanya butik sampah sebagai media promosi.

Butik sampah layaknya mirip butik pakaian. Bedanya apa dipajang di etalase merupakan hasil daur ulang. Ia membuat aneka produk mirip tas bungkus makanan. Jangkauan produk butik sampah milik Putra sudah merata ke suluruh Indonesia. "...yang belum kita hingga Papua dan Maluku," ujarnya.

Ada impian berpengaruh tidak cuma berhenti di Yogyakarta. Maka Putra berjuang keras supaya bisa membawa konsep sampah modern ini menjadi nyata.

Sampah jadi jualan


Bermula agresi sederhana mirip mengumpulkan sampah di sekitar. Dia mulai dari warung bubur kacang ijo atau burjo dan angkringan. Aksi sederhana semenjak tahun 2008 hingga menemukan butik sampah. Agar tidak cuma peduli lingkungan tetapi menawarkan manfaat, maka Putra mulai membeli sampah dari masyarakat.

Ia mulai membeli sampah. Bersama seorang rekan hingga tahun 2009, sudah menggunung lah itu sampah. Ia mulai kebingungan mau diapakan sampah tersebut. Kemudian muncul wangsit perihal daur ulang sampah. Putra mulai memilah sampah serta memikirkan mau dijadikan apa.

Produk mereka pertama ialah seminar kit dimana dijual Rp.25.000. Perlengakapan itu menjadi booming dalam waktu seketika. Putra melihat peluang lebih besar maka terbangunlah bank sampah. Orderan seminar kit berbahan daur ulang melonjak hingga produksi 250 buah.

Bank sampah ini sudah dipilahkan jenis sampah bukan sembarangan. Fokus utama ialah sampah- sampah bungkus sachet makanan atau minuman.

Sosialisasi terus dilakukan supaya bank sampahnya mendapat perhatian masyarakat. Terus terjual laris produk karya Putra, hingga terkumpul 205 kelompok petugas sampah sendiri. Masing- masing kelompok terdiri dari enam hingga delapan orang.

Dalam pengumpulan sampah terbilang mudah. Kelompok tersebut akan bersama mengumpulkan sampah. Dan nantinya ada tim yang melaksanakan penjemputan kelompok tersebut. Jika diibaratkan mereka ialah cabang bank sampah milik Putra. Harga satuan per- sampah mulai Rp.10- 70 dimana tergantung besar atau kecilnya.

Sebulan saja sudah dapat mengumpulkan 4.000 bungkus sampah. Putra pun menerima penghargaan atas jerih payahnya sebagai wirausaha muda sosial juara pertama.

Bukan urusan ekonomi biasa


Tahun 2011, dibuka butik daur ulang, yang mana menurut Putra fokusnya memasarkan produk- produk dari hasil daur ulang. Utama produk karya Putra dan kawan- kawan. Produk karya Putra antara lain seminar kit, tas sekolah, goodie bag, dompet, tas laptop, bros dan lainnya.

Putra menyebut sudah ada 90 jenis produk berbeda. Butik daur ulang didirikan di Jalan Sukoharjo No 132 tempat Condongcatur, Sleman, Yogyakarta.

Tidak berhenti di produk lama, Putra terus berkreasi termasuk salah satunya produk tas lipat. Masyarakat sendiri meminati produk macam dompet, tas, dan map. Untuk harga jualnya relatif murah mulai Rp.6.000- Rp.275.000. Proses pembuatan terbilang cukup memakan waktu, tetapi mudah dipraktikan.

Pertama kali, Putra mengumpulkan sampah bungkus makanan atau minuman. Lantas ia berhitung berapa jumlah sampah terkumpul. Kemudian masuk tahap pencucian, dikeringkan, dan disortir kembali. Proses itu simpulan sampah plastik akan masuk gudang dulu.

Kemudian sampah plastik tersebut dijahit, dibentuk, dan masuk ke tahap pengontorolan kualitas. Semua itu menjadi tahapan wajib sebelum barang siap dibentuk.

Sayangnya, masih banyak orang ragu untuk memakai produk karya Putra. Selain sebab faktor kebersihan juga faktor aib menjadi kendala. Mereka aib bila harus menjinjing tas hasil daur ulang sampah. Padahal Putra meyakinkan tahap desain sudah dibentuk sedemikian rupa.

Keawetan juga terjaga sebab sistem quality control diterapkan. Putra sendiri masih memiliki banyak mimpi yang belum dicapai dari bisnisnya. Yakni bagaimana supaya masyarakat yang menabung di bank sampah juga memakai produknya. Harus tidak ada keraguan memakai produk daur ulang sampah.

Untuk bank sampahnya, ia sedang menyiapkan sistem cek saldo lewat SMS. Bank sampah besutanya juga diperlukan bisa mengurangi sampah di Yogyakarta pada umumnya. "Kami dapat mengurangi jumlah sampah per hari di Yogyakarta mencapai 16,90%," tuturnya.

Selain dijual melalui butik, Putra juga menjual melalui banyak sekali pekan raya kewirausahaan Expo Wirausaha Muda Mandiri contohnya. Sambutan pengunjung expo juga baik tertarik akan kreasi Putra. Memang Putra tidak sekedar mendaur ulang tetapi terus berkreasi. Banyak tidak menyangka bila produk tersebut dari limbah.

Sekilah memang tidak terlihat mirip sampah. Konsep selalu kreatif serta mengikuti mode membuat butik sampah berasa benar- benar butik. Kreasinya unik dan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan daur ulang serampangan.

Bersama kawan Dosen UII ini hobi mengumpulkan bungkus mie instan. Terutama saat mereka nongkrong di warung burjo. Sejak 2005 bersama kawan teknik UII menyambangi warung- warung mie instan yang buka 24 jam. Sebagai anak kos hobi mereka memang nongkrong dan menikmati malam di Yogyakarta.

Sejak 2009 mereka merubah bungkus plastik menjadi tas seminar. Pertama terjual 25 seminar kit dipesan oleh mahasiswa UGM. Tumbuh semakin banyak, Putra bersama kawan mulai rajin menyambangi warung ke warung. Di tahun 2012 barulah wangsit perihal toko khusus didirikan bersama penjualan yang terus meningkat.

Perbulan 300 bungkus sampah plastik bekas makanan dan minuman terkumpul. Berkat bank sampah yang ia gagas maka TPA Piyungan kehilangan sekitar satu ton sampah. Usahanya diperlukan semakin maju dan siap ekspansi membangun cabang di banyak sekali daerah.

Meski berstatus dosen sekarang, Putra mengaku urusan ekonomi sosialnya tidak mengganggu, sebab ia dibantu oleh banyak orang. Banyak orang termasuk mahasiswanya mendukung Putra. "...tidak hanya menawarkan teori tetapi bisa menujukan praktik," tutup Putra.