Aplikasi Berbagi Makanan Pengusaha Uber

Profil Pengusaha Komal Ahmad 




"Saya tidak berpikir saya akan bisa berpikir bahwa sebuah makan siang bisa merubah hidup saya selamanya, tetapi itulah yang terjadi," ungkap Komal Ahmad, 25 tahun, ucapnya kepada majalan People.

Tahun 2012, beliau sekembali dari pelatihan ekspresi dominan panas untuk Angkatan Laut tahun seniornya di Universitas of California, Berkeley. Lalu beliau berjalan melewati trotoar utama kampus, hingga melihat pria tampak pucat. Pria itu meminta sedikit uang buat makan sandwich.

Daripada menyampaikan beberapa dollar Ahmad malah mengajak makan. Bukannya menyampaikan beberapa dollar dan beliau terus akan mengemis. Orang itu mau diajak Ahmad makan di sebuah restoran. Dia lalu mulai bercerita kepada Ahmad ihwal kisahnya.

Ternyata beliau ialah veteran perang Irak. Ketika beliau berharap akan mendapatkan tunjangan. Faktanya beliau malah dapat tidak ada. Maka beliau tidak mempunyai uang dan beliau tidak mempunyai makanan.

Jadi Ahmad sedang berbicara dengan seorang veteran. Sosok pengabdi negara hebat, yang seharusnya beliau mendapatkan penghargaan. Padahal beliau telah berkorban diri sebagaik mungkin. Komal Ahmad sendiri juga berminat menjadi seorang angkatan laut -jadi beliau tau peran seorang tentaran penuh tanggung jawab.

"Dan orang ini sekarang malah diam- membisu di jalanan meminta makanan," Ahmad terkejut. Dalam waktu itu sekaligus beliau terbuka matanya bahwa dunia itu bodoh.

Bodohnya kita mengalami dilema makanan. Lalu, dikala itu, wanita 21 tahun tersebut tergugah untuk aktif membuat perubahaan. Dia ingin menghilangkan kelaparan. Ahmad memulai dengan mendirikan aktivitas buat donasi makanan dari kampus ke jalanan.

Aplikasi sosial


Menemukan aktivitas andal di kampus malah membuat "masalah". Pada suatu dikala beliau menumak titik yang merubah hidupnya. Manajer makan- kampus mengundang beliau datang berkenjung. Ternyata beliau harus siap diri menyambut 500 makanan sisa -tidak dimakan, masih utuh- butuh disalurkan ke orang membutuhkan.

Dia lalu menyewa Zipcar -perusahaan rental online- berkendara dari ruang makan kampus sendiri. Sekitar 30 menit mengangkut makanan sisa berbentuk sandwich itu. Lalu beliau mencari organisasi penyalur makanan itu ke orang tidak mampu.

Ada tiga yaitu Shelters, Boys and Girls Clubs, dan juga Salvation Army, pada alhasil mereka tidak bisa menjawab. Dua pertama berkata mereka sudah punya cukup makanan. Yang terakhir cuma mau mendapatkan 15 buah sandwich saja.

Ahmad pada alhasil melongo di pinggir jalan mengangkut 485 makanan sisa. Akhirnya mereka rusak dan terbuang sia- sia. Satu dari enam orang mengalami kelaparan. Satu dari empat anak di Amerika Serikat itu kelaparan. Sayangnya Ahmed tidak bisa menemukan mereka dalam waktu sekejap.

"Jadi saya di dalam kendaraan beroda empat di pinggir jalan sambi menangis," kenang Ahmed. "Saya sangat frustasi sebab saya mencoba melaksanakan suatu kebaikan. Itu seharusnya tidak sesusah ini kan melaksanakan kebaikan. Itu sangatlah membuat frustasi dan sangat sulit mencari orang membutuhkan makan."

Akhirnya beliau sadar akan satu hal: Bahwa banyaknya makanan hingga 356 juta (menurut penelitian) makanan sisa Amerika tidak tersalurkan bukan sebab pelit. Bukan pula sebab orang tidak pedulia membuang- buang makanan atau membuat orang kelaparan. Cuma saja, mungkin mereka kesusahan menyalurkan menyerupai dia.

Tiga tahun kemudian beliau menjadi pendiri dan CEO Feeding Forward. Yaitu perusahaan sosial yang memiliki aplikasi menyalurkan makanan. Mereka mengkoneksikan para pemilik perjuangan dengan makanan sisa mereka dengan banyak organisasi sosial pemberi makan orang kelaparan.

Bisnis sosial


Berbicara ihwal berbisnis sosial bukan soal untung. Bukanlah soal menghamburkan uang untuk brand milik kamu. Setidaknya hal itulah yang dipikirkan Ahmed. Feeding Forward telah bisa membantu pengusaha mendonasikan hasil usahanya berupakan makanan kepada orang membutuhkan.

Ahmed berhasil menyalurkan 722.000 pound makanan segar, kualitas tinggi restoran yang mungkin saja akan terbuang sia- sia.

"Saya tidak berpikir ihwal branding atau membuktikan apa yang kami lakukan, saya berpikir pendekatan kami ialah melalui membuat segalanya jadi mudah," terang lagi Maen Mahfoud, manajer opersional perusahaan Feeding Forward.

Pendekatan termudah ialah merubah lingkupan mereka. Bagaimana kita memudahkan mereka biar dapat solusi sempurna bersosial.

Mereka menyampaikan solusi berbasis internet. Semua proses donasi cuma butuh dua menit. Kamu tinggalah masuk ke halaman. Membuat akun, tulis nama kamu, berapa banyak sandwich kau punya akan dijadikan sumbangan. Lalu kau bisa menaruh dimana Feeding Forward bisa ambil cukup taruh kontak isu disana.

Algoritma khusus merancang bagaimana menentukan jenis makanan, kuantitas, serta dimana kawasan paling akrab untuk mendapatkan makanan kamu. Lalu ada pengemudi yang akan mengambil makanan serta menaruh itu kepada orang yang tepat. Agar terpercaya Feeding Forward menaruh foto dan juga testimoni langsung.

Salah satu organisasi yang bekerja sama dengan Feeding Forward. Menyatakan bahwa perusahaan sosial ini menyampaikan makanan sisa berkualitas. "Mereka menyampaikan kami makanan yang sangat cantik kualitasnya," ujar Eric Venable, Direktur City Team, organisasi menaungi orang- orang kelaparan dan tidak punya rumah.

Kepada majalan PEOPLE menerangkan bahwa perusahaan semacam ini berbeda. Sebuah urusan ekonomi startup berbasis makanan sisa -dan disalurkan kepada orang membutuhkan. Uniknya sebab diambil dari restoran ataupun hotel maka layanan Feeding Forward menyuguhkan makanan bergizi tinggi.

Ketika orang menyerupai ini mendapatkan uang sedikit. Dimana lagi mereka bisa makan jika tidak di tempat- kawasan makan junk food. Semacam burger atau hotdog tentu tidak sebanding dengan harga makanan milik Feeding Forward meski sisa bisnis.

Perusahaan ini benar membantu orang buat makan setiap hari, bahkan hingga dua kali dalam sehari. Dalam hal perkembangan perusahaan masih dalam fase boothstrap. Perusahaan berharap akan banyak orang yang mau memalsukan gerakan mereka.

"Seperti halnya Uber yang dipuja, anda seharusnya dapat mendonasikan makanan secara beberapa menit," Ahmad menambahkan. Mimpi Ahmad ialah membuatkan Feeding Forward tidak cuma ke seluruh Amerika. Bahkan seluruh kontingen harus mencicipi hidup tanpa kelaparan.