Pemilik Borneo Studio Wirausahakan Foto

Profil Pengusaha Hamka Alwi 


 
Hidup dalam keluarga bakul ikan. Hamka Alwi bangun saat beliau menemukan hobi. Dulu para tetangganya cuma mengenal beliau sebagai kuli panggul ikan. Tetapi semua berubah saat beliau menemuka fotografi. Walau pada jadinya ia harus bekerja keras untuk membuktikan.

Pemuda asal Toli toli Tengah, Sulawesi Tengah, tidak capek meski harus jualan ikan. Sejak pulang sekolah Alwi kecil pribadi bekerja keliling menjajakan ikan. Sekolah dasarnya sering terganggu, terpaksa pula ia ikut bekerja, meski begitu Alwi tetap yakinkan sekolah nomor satu.

"Tenaga saya lebih diharapkan untuk mencari nafkah. Tapi saya menegaskan, sekolah penting," tegas Alwi. Ia menyebut bukanlah gelar, bukan pula uang. Apa yang dikejarnya ialah pengetahuan. Maka mulai dini hari beliau sudah berangkat bekerja sendiri sebagai biaya sekolah.

"Sepulang sekolah, saya masih berjualan keliling menyampaikan ikan," kenangnya.

Walau harus bekerja dan bersekolah, beliau tetap berprestasi lewat dua ekstra kulikuler, yakni Paskibra dan juga Pramuka.

Ia juga dipercaya menjadi ketua kelas. Dia juga selalu mendapat peringkat satu di kelas. Duduk di dingklik kelas 2 SLTP pun tidak berhenti berprestasi. Alwi menjadi salah satu pelajar berprestasi dari enam orang yang lolos mewakili SLTP N 7 Tarakan, mewakili sekolah mengikuti Jambore Nasional 1996 di Cibubur, Jakarta.

Tentu sang ayah gembira akan segala prestasi Alwi. Sayang, saat masuk usia 16 tahun, maka duduk perkara hidup kembali menekan keluarga terutama ayah. Tekanan dalam tempat kerja membuat ayahnya berhenti bekerja. Padahal setiap hari beliau bekerja keras penuh waktu menyambung hidup.

Bakul ikan itu jadinya kehilangan pekerjaan. Kondisi tersebut membawa keluarga mereka menggelandang. Alwi bahkan menyebut mereka terusir dari rumah. Ayah Alwi terpaksa bekerja serabutan bertahan hidup. Ia juga ikut mencicipi dampaknya.

Alwi bekerja menjadi kuli panggul ikan. Ia juga pernah menjadi penarik grobak, jadi nelayan, berjualan kudapan manis keliling, bahkan pemulung. Ia pernah juga menyewakan Playstation hingga Komik. "...hingga salesman pun saya kerjakan, demi menyambung hidup dan tetap bersekolah."

Dia selalu menjaga semangat belajarnya. Jiwa seni seorang Alwi juga tergolong besar. Dituntun rasa ingin tau yang besar sampailah beliau kepada dunia komputer. Sambil iseng- iseng beliau mulai hobi baru, salah satunya ya memperbaiki foto uang yang telah rusak. Berkat komputer beliau memperbaiki jadi utuh dan bagus lagi.

Bisnis digital


Sambi kuliah administrasi informatika D2, Alwi menekuni hobi barunya dan dijadikan urusan ekonomi menjanjikan yakni memperbaiki foto. Ia terinspirasi pepatah kuno Bugis, "Resopa Temmanginngi Malomo Nalettei Pammase Dewata," artinya "hanya dengan bekerja keras kita akan menerima kesuksesan dan Rahmat Tuhan SWT."

Sayang sekolahnya sempat terhenti alasannya yaitu urusan ekonomi surut. Kesukaran membiayai kuliah, Alwi mulai berbisnis kembali.

Tahun 2002, maka beliau menjadi ajun sentra komputer di daerah Tarakan. Sambil mengajar beliau mencar ilmu beberapa animasi, video, dan dokumentasi. Alwi lantas melihat prospek disana terutama di foto. Karyanya memang memuaskan. Sampai dipasrahi mengurusi semua aktivitas studio dari praproduksi, produksi, hingga pasca.

Sampai jadinya ia memiliki studio foto kecil buat pernikahan. Azka Home Editing menjadi awal gres bagi Alwi dalam urusan ekonomi foto. Hingga suatu pristiwa menyadarkan dirinya. Yakni dimana beliau tidak sadar seenaknya menarik rol kameran analog di ruang terbuka. Foto pun terbakar rusak akhir ketidak tahuannya.

Semua otodidak hingga beliau menyadari satu hal. Dia tidak mampu terus begini. Pelanggan sangat marah hingga ia dicap tidak profesional. Ketidak percayaan tersebut merebak kolam virus. Nama usahanya diragukan bahkan banyak pelanggan kabur.

"Jangan pernah kecewakan pelanggan," tulisnya dalam buku Wirausaha Muda Mandiri 2012 oleh Rhenald Kasali.

Jika sebelumnya beliau percaya akan otodidak. Kini, beliau memilih berguru, maka satu- satunya yang beliau anggap jago di bidang foto, siapalagi kalau bukan Darwis Triadi.

Ngotot bisnis


Uang Rp.70.000 ribu dijadikan modal perjuangan Alwi. Tanpa studio foto sendiri, kini Hamka Alwi menjadi satu pemilik sembilan studio di pelosok pulau terpencil Tarakan, Kalimantan Timur. Alwi juga telah memiliki 48 karyawan hingga masuk salah satu semi- finalis Wirausaha Muda Mandiri 2009.

Tekadnya yaitu mencapai angka 500 cabang hingga seluruh Kalimantan, Sulawesi, "...seantero nusantara melalui sistem kemitraan/franchise," tuturnya.

Tahun 2005, saat internet semakin stabil, maka beliau menemukan jalannya ke Darwis Triadi School of Photography. Alwi tengah mencari keterpurukan dari kejadian rol film diatas. Dia bertekad memperbaiki citra usahanya. Maka Alwi terbang ke Jakarta pada 2006, mendaftarkan diri mengikuti sesi fotografi.

"Darwis Triadi yang biasanya saya lihat di koran, majalah, dan televisi, kini ada dihadapan saya, mengajari saya wacana ilmu fotografi," Alwi bangga.

Sukses itu bukan soal berapa jumlah uang kau punya. Tetapi kemauan serta kerja keras. Itulah Alwi yang mampu menerima penghargaan Terbaik 1, Learn from the Best Darwis Triadi School of Photograph 2006. Ia sudah yakin akan membawa itu dalam bisnisnya di Tarakan.

Sebuah kepercayaan diri gres akan masa depan perjuangan lebih cerah. Dia mulai membangkitkan kembali pamor urusan ekonomi lewat ijasah diberikan sang guru. Berlajan lancar tetapi bukan cuma alasannya yaitu itu. Semua alasannya yaitu Alwi tak lekas putus asa serta terus berusaha mencapai tujuan.

Ia menggabungkan kesenia dan bisnis. Dalam tangkapan lensanya begitu cantik mengundang decak. Kini, beliau dipanggil banyak sekali program mulai ijab kabul anak pejabat, ataupun pengusaha setempat. Usahanya mendapat publikasi studio terlengkap asal Kalimantan Timur.

Alwi sadar selama ini bisnisnya hanya mengandalkan insting. Padahal rekan sudah mengajarkan beliau wacana banyak hal. Termasuk di 2008, dimana beliau meminjam uang koperasi untuk siap memindahkan studio di jalan utama Sudirman. Hasilnya tidak mengecewakan bermodal mengganti alat- alat operasional rusak; maka jadilah.

Jaringan bisni Alwi makin matang dan menerima ganjaran Juara 1 Wirausaha Muda Mandiri tingkat se- Kalimantan. Menjadi semi- finilis WMM 2009 membuatnya bertemu banyak orang. Ketika itu beliau diajak ikut roadshow ke banyak sekali daerah dari Jakarta hingga Bali. Semua biaya pesawat ditangguh oleh pihak Bank.

Alwi senang bukan kepalang alasannya yaitu naik pesawat. Karena waktu kecil beliau pernah menginjak paku saat asik melambaikan tangan ke atas melihat pesawat. Perjalanan tersebut dijadikan ajang baginya memperkuat jaringan bisnis. Dia mulai menerapkan apa yang disebutnya konsep waralaba studio foto hingga ke seluruh Indonesia.

Pengusaha muda pemilik brand urusan ekonomi Bornis Studio. Obsesinya yaitu studio foto dan video terbaik tidak cuma se- Indonesia tapi Asia Tenggara. Dibawah satu bendera urusan ekonomi CV. Borneo Perkasa Kreasindo, berbisnis dalam hal fotografi, sekolah fotografi, gerai digital, bahkan klub bulu tangkis.

Dia yaitu wirausaha muda. Gelar tersebut dianggapnya sebagai amanah. Dia senang saat didaulat menjadi juri ajang kewirausahaan. Padahal menurutnya banyak wirausaha senior dihadapannya.

"Saya hanya mampu mensyukuri atas segala nikmat yang diberikan oleh Yang Maha Esa. Semoga saya tidak menjadi pribadi yang tamak, besar kepala dan sombong," tutup Alwi.