Isi Ulang Toner Cartridge Printer Gaya Newton

Profil Pengusaha Wijaya Tanius 



Pengusaha banyak terlahir saat masa krisis. Ini sudah penulis buktikan lewat banyak contoh. Penulis nanti akan menulis dongeng mereka nama pengusaha lahir dari krisis moneter. Untuk sekarang, kita akan membahas dongeng Wijaya Tanius, bagaimana beliau menciptakan urusan ekonomi gres saat krisis 1997- 1998.

Wijaya merupakan pemilik urusan ekonomi Newton Technology. Dalam definisi singkat majalan Kontan: Merupakan perjuangan dibidang office print solution. Masa itu saat krisis ekonomi dollar naik drastis. Maka harga cartridge printer juga naik tinggi. Ketika itu ia tengah asik bergelut di urusan ekonomi ATK atau alat tulis kantor susah benar.

Wijaya mencicipi betul susahnya waktu itu. Sukar memutar uang saat masa krisis moneter kala itu. Ia berkata memang betul untuk besar saat menjual cartridge besar. Hanya saja saat menstok maka uang buat modal kurang. Dollar naik membuat untung besar tidak sebanding penurunan nilai tukar rupiah.

Harga tinggi maka barang palsu bermunculan. Ini malah merugikan konsumen sebab kualitas sangat rendah. Padahal mereka menjual sama ibarat harga aslinya. Sampai Wijaya menemukan celah diantara isi cartridge yaitu toner printer. Waktu itu menggelitik jiwa wirausahawan Wijaya. Ternyata kebutuhan toner menjadi lebih tinggi.

Disisi lain banyak konsumen merasa kemahalan membeli toner asli. Dia tergelitik mengganti isi dengan tinta. Ia pun mencari tau teknik bagaimana mengisi cartridge dengan tinta. Maka pria kelahiran 17 Agustus 1769 tersebut mencari teknisi semoga mengajari. Tidak puas, beliau juga berselancar di internet mencari tau bagaimana cara.

Anggapan bahwa urusan ekonomi ini akan menjanjikan kelak terbukti. Dengan aktif mencari tau segala teknik dalam teknologi cartridge maka beliau semakin mantap. Apalagi urusan ekonomi sejenis sudah terbukti sukses di Amerika sana.

Pria 45 tahun ini kesannya resmi berbisnis isi ulang cartridge. Bisnis refill tinta untuk cartridge dijalani dengan penuh semangat. Bahkan beliau rela menutup perjuangan ATK miliknya yang sudah jalan 4- 5 tahun. Uang tabungan dijadikan modalnya sejumlah Rp.100 juta. Pria asli Pekanbaru, Riau, merasa biasa saja saat harus berganti profesi.

Bisnis berani


Memang berani sebab sudah teuji. Lewat perjalanan hidup mengajarinya tidak takut. Termasuk hal berbisnis sudah Wijaya melakoni lama. Terlahir sebagai keluarga pengusaha tidak membuatnya jadi merasa sombong pula. Ketika SMA, hidup merantau, jauh dari orang bau tanah yang punya toko emas di Padang.

Mandiri membawanya mulai berbisnis sendiri. Wijaya yang merantau ke Bandung, mulai merintis perjuangan ATK semenjak berkuliah di Universitas. Usaha ATK memang menjadi perjuangan pertama dan terbukti sukses. Agar lebih mantap dengan urusan ekonomi barunya. Wijaya bahkan membuka workshop serta kantor pemasaran refill di Kelapa Gading.

Tidak cuma mengisi ulang tetapi membuat. Usahanya tersebut memproduksi tinta isi ulang sendiri bermerek Newton. Tujuan memasang merek sendiri semoga bersaing dengan barang palsa. Caranya yaitu menyampaikan layanan purna- jual serta back up printer. Memang semenjak pertama Wijaya mengincar konsumen perusahaan.

Sebagai mantan pengusaha ATK membuat beliau sadar. Ia sadar betul bahwa undangan toner dari konsumen perkantoran memang tinggi. Menjadi yang asli alternatif pengisian cartridge orisinal, membuat nama Newton layak dipilih.

Sudah dua tahun urusan ekonomi pengisian ulang berjalan. Wijaya mulai menyadari harga murah saja tidak cukup. Ia lalu segera melaksanakan inovasi untuk kepuasan konsumen. Ayah dua anak ini menjalankan urusan ekonomi daur ulang. Mengembangkan produknya remanufacturing toner. Newton mencoba mempertahankan pertumbuhan urusan ekonomi miliknya.

Tidak cuma mengisi ulang cartridge, tetapi sudah mengganti suku cadang cartridge. Newton memproduksi ulang cartridge memakai suku cadang asli. Kalau proses produksinya tidak mengalami kendala. Suplier nanti datang sendiri tetapi beliau juga mencari di koran.

Untuk spare part dan tinta toner masihlah impor dari sejumlah negara, yaitu Korea Selatan, China, dan juga Amerika Serikat. Newton juga melengkapi aneka layanan ibarat penyewaan unit. Termasuk aneka promosi jasa lain ke pelanggan. Ia menyadari penting menjaga pelanggan di urusan ekonomi tinta, maka undangan akan terus berulang.

"Kualitas dan kecepatan menjadi fatwa kami," katanya. Klien perusahaan kesannya bertambah ibarat dari BNI, Mitra Adi Perkasa, Group Astra, Bank Mandiri dan B Braun. Perputaran urusan ekonomi Newton memang kencang dan Wijaya sungguh menikmati perannya.

Sampai beliau menyadari lagi satu hal: Bisnisnya serasa terhenti ditengah- tengah. Berjalan ditempat tanpa lagi menemukan bagaimana cara berkembang. Pasalnya menurut Wijaya, Newton tidak memiliki perusahaan yang dapat menjadi pandangan. Menjadi yang pertama malah diikuti oleh banyak perusahaan baru.

"Sementara kami justru diikuti perusahaan lain," kenang Wijaya. Menghadapi itulah beliau mulai membahas apa yang bisa dilakukan. Dia banyak berdiskusi dengan rekan bisnis, yang sekaligus istrinya di Newton. Ia juga rajin mengikuti aneka seminar.

Kesimpulan Wijaya ialah, "Kami kesannya menerima insight untuk bermimpi lebih besar, yaitu membangun brand." Penghobi buku ini lantas menyewa jasa konsultan. Merasa otodidak saja tidak cukup, maka butuh saran penengah dari ahlinya. Saran disampaikan konsultan menyampaikan peluang diantara kebuntuan.

Bisnis besar


Sukses bisa remanufacturing hingga 4.000 unit per- bulan. Newton melangkah memperluas misi menjadi office print solution. Mereka menunjukkan jasa lebih lengkap ibarat servis, rental printer, hingga jasa print yang berbayar per- lembar kertas. Agar mencangkup pasar lebih luas dibukalah depo- depo semoga erat ke konsumen.

Ia menyasar wilayah perkantoran. Dibangun kepercayaan bahwa mereka bisa erat dan melayani. Inilah kunci sukses urusan ekonomi Newton Technology. Permintaan akan aneka layanan semakin meningkat sebab aneka promosi gencar. Hingga ia mencicipi "kwalahan", maka sang istri Veronica Wijaya eksklusif diterjunkan ke bisnis.

Mereka menyebarkan tugas dalam bisnis. Wijaya yang sangat pendiam memilih hal teknis. Sepertihal soal produksi dan pengembangan bisnis. Sementara itu istri mengambil pemasaran serta acara costumer care. Istri lah yang mengajari teknisi dan costumer service. "Setiap keluhan pelanggan bisa tuntas dan beras," katanya.

Meski keluhan sepele ibarat printer macet ataupun minta dibersihkan, Wijaya meminta hal kecil semoga selalu diperhatikan. Istilahnya kalau hingga kecewa mereka akan pindah ke daerah lain. Ini akan menyampaikan efek domino melalui pengalaman. Selain mengurusi pemasaran Veronica juga mengambil SDM dan opersional.

"Sejak awal pembagiannya memang begitu," tambah Wijaya. Menjalin kerja sama dengan pasangan hidup itu mempunya nilai tambah dan kurang. Nilai plus menurut Veronica yaitu komunikasi mereka malah lancar. Tapi harus didukung kondisi memungkinkan.

Agar komunikasi tetap lancar begitu. Komunikasi saling melengkapi dan mengisi. Kalau terjadi kondisi tidak mungkin ibarat badang terlalu capek; persoalan dapat terjadi seketika. Mereka bisa terpancing konflik dalam pekerjaan maupun di rumah. Inilah kenapa jasa konsultan dijadikan cara penengah semoga tidak terjadi konflik.