Seorang Manajer Mengundurkan Diri Karena Konro

Profil Pengusaha M. Ikhsan Ingratubun 



Di umur 46 tahun sudah menjabat manajer. Namun M. Ikhsan Ingratubun memutuskan berbisnis masakan khas Makassar. Rasa cinta akan cita rasa masakan menjadikan bisnis. Ditambah kemampuan teruji manajerial maka tidak salah kalau bisnisnya bukan masakan biasa. Usaha dijalankan Ikhsan yakni Raja Konro Daeng Naba.

Berawal dari hobi memasak lantas menjadi perjuangan beromzet puluhan juta. Sepulang kerja, daripada tidak ada kerjaan, sesampai di rumah pribadi ke dapur memasak. Mantan senior manajer  PT. Bakrie Telecom Tbk ini sudah memulai karir semenjak 1996, malah memilih keluar.

Nama kedai didapat berasal dari nama kecil. Nama panggilan semenjak kecil Ikhsan yaitu Daeng Naba. Nama tersebut memiliki makna orang mudah erat dan ramah ke siapapun.

Membuka kedai cukup buka lapak di pinggir jalan. Waktu itu, Ikhsan menumpang lahan sebuah bengkel di Makassar, saat sore tiba dan bengkel tutup maka bukalah kedai miliknya. Sebagai awalan malah tidak beliau jual pribadi konronya loh, tetapi menjual seafood.

Bisnis konro


Agaknya didorong insting serta kegemaran akan masakan lokal. Ikhsan memilih fokus berbisnis konro. Jadilah nama Raja Kontro tersemat di kedai Daeng Naba. Ia terinspirasi sosok ibu yang hobi memasak. Khususnya buat menyuguhkan kerabat atau kolega yang datang bertamu ke rumah.

Alhasil beliau menjadi anak yang erat dengan pasar. Bahkan dengan senang hati, Ikhsan kecil senang kalau beliau sudah disuruh ibu membeli materi masakan. Ujungnya ya sosok pria berkacamata ini malah terbiasa untuk memasak di dapur. Sudah terbiasa mengenal aneka bumbu berkat ibu jago memasak ini.

Berbekal itulah keberuntungan menghinggapi. Ia merasa hati sudah dekat dengan kuliner. "Saya merasa selalu diberkati Yang Mahakuasa dalam perjuangan masakan ini," ujarnya.

Sempat mengalami kegalauan mau berhenti kerja. Waktu itu soto konro miliknya menjadi sangat digemari. Begitu ramainya hingga beliau kelupaan akan kerjaan. Keteteran, maka di tahun 2001, memutuskan buat lebih memilih menjalankan perjuangan kuliner. Padahal beliau ditanggung jawabi jabatan mapan di Bakrie Telecom.

Keputusan tersebut pasti menyebabkan kontra. Apalagi dari pihak keluarga yang khawatir perjuangan dijalankan Ikhsan tidak mapan. Akan tetapi ia percaya akan konsisten berusaha. Memilih berbisnis maka beliau sudah siap untuk konsisten dalam cita rasa, pelayanan, serta keramahan ke konsumen.

Jaminan pelanggan akan mendapatkan makanan dalam waktu 10 menit. Bahkan Ikhsan memasang alat pengukur semoga karyawan terukur soal penyajian. "Ini untuk semua menu, tidak boleh tidak," tambah Ikhsan.

Mimpi pengusaha


Mimpi menjadi pengusaha diam- membisu sudah ada. Dan Ikhsan sudah mendapatkan tujuannya lewat berbisnis kuliner. Ia pengusaha masakan Makassar. Bayangkan sekarang menurut Kontan omzet dihasilkan Dang Naba sudah mencapai 2 miliar. Pantaslah beliau begitu bersemangat memilih berbisnis masakan bukan cuma bekerja.

Namanya mungkin kurang terdengar. Tetapi nama masakan masakan kedai Raja Konro Daeng Naba pasti sudah tidak aneh di indera pendengaran masyarakat Sulawesi Selatan. Apalagi semenjak berekspansi besar- besaran, Raja Konro Daeng Naba sudah menjajakan kaki di Jakarta.

Total 7 gerai tersebar di Ibu Kota dengan aneka varian konro. Menu andalan Ikhsan yakni konro atawa iga bakar. Memang perjuangan masakan Ikhsan dikenal dengan aneka variasi konro, mulai konro cita rasa Thailand, lada hitam, konro saus pedas, konro peda korea, konro bakar original serta sop konro.

Varian menu termasuk masakan khas Makassar lain. Mulai dari masakan sop paleko, sop kaledo, mi titie, soto Makassar, serta aneka seafood. Menu semua disajikan dengan olahan bumbu khas Makassar. Dia pun besar hati membranding usahanya menjadi satu- satunya yang menyajikan aneka konro banyak sekali varian rasa.

Diversifikasi masakan memang disengaja. Ikhsan memodifikasi masakan sedemikian rupa semoga tidak jenuh di lidah. Ia memadukan kemampuan korporasi dan kewirausahaan. Ikhsan menegaskan meski sudah aneka varian tetap ke khasan Makassar tetap. "...mempertahankan ciri khas bumbu Makassar yang lezat," ujarnya.

Tidak cuma pengecap masyarakat Sulawesi Selatan. Semua orang akan menyukai masakan konro buatan Ikhsan. Konro miliknya disukai semua orang Indonesia. Apalagi konro sekarang dikenal sebagai masakan nasional. Ia besar hati alasannya yakni sudah memulai usaha. Semakin banyak pulang orang berkunjung ke kedai Daeng Naba.

Juru masak pun merupakan tenaga profesional. Rasa bumbu pedas mersap tepat hingga ke tulangnya. Ia juga menjamin daging olahan sangat empuk. Tidak perlu repot kau memotong daging dengan pisau. Ia juga memastikan harga tidak bikin kantong bolong. Satunya dibandrol antara Rp.25.000- Rp.50.000 per- porsi.

Karena harganya terjangkau jangkauan pasar luas. Dari kalangan biasa hingga pejabat pemerintah menyukai masakan Ikhsan. Kalangan bawah atau atas menyukai masakan Ikhsan. Untuk penggemar konro yang suka bergadang tenang. Ikhsan menunjukkan konsep urusan ekonomi 24 jam mau ramai ataupun sepi tetap buka melayani.

Hadapi MEA


Sukses konro beliau sudah ancang berbisnis hingga MEA. Brand usahanya diperkuat semoga siap menghadapi masyarakat ASEAN. Ya salah satunya lewat menambahkan menu terbaru menyerupai nasi ngebul. Nasi berisi daging asap, daun jeruk, disajikan dengan iga bakar atau ayam bakar.

Sarjanan ekonomi Universitas Kosgoro tahun 2007 tersebut memang hebat. Untuk ekspansi beliau ingin resep spesial buat olahan Makassar lain menyerupai sop saudara dan sop pallu basa. Berinovasi bukan soal mengejar keuntungan tetapi bagaimana tetap memuaskan pelanggan. Untung didapat sejalan kita menyampaikan kualitas terbaik.

Ada cara bagaimana mengukur kesuksesan sebuah menu. Pegawai akan diberikan peran khusus saat orang pertama kali memesan menu baru. Mereka akan ditugasi khusus mengamati pembeli tersebut. Kalau kedua kali orang tersebut memesan masakan sama, berarti masakan cocok dengan pengecap konsumen.

Karyawan Ikhsan sudah 200 orang. Dia sendiri turun tangan menyampaikan pelatihan. Ikhsan ingin semoga dapat terjalin korelasi yang baik dengan karyawan. "Ini membuat karyawan menjadi loyal," Ikhsan menjelaskan. Ia meyakinkan mereka bahwa kunci sukses perjuangan masakan yakni keramahan.

Tidak cuma datang dan makan mereka harus dilayani. Kermahan karyawan restoran menjadi titik pangkal perhatian Ikhsan.

Hak paten Raja Konro sudah siap. Menghadapai MEA memang dibutuhkan startegi. Masalah permodalan masih menjadi dilema klasik pengusaha. Tetapi Ikhsan optimis dengan pertumbuhan Raja Konro Daeng Naba. Suku bunga ringan masih dibutuhkan bahkan bagi pengusaha sekelas dia.

Optimisme akah ke khasan masakan Indonesia bisa bertahan. Dia bahkan bertekat untuk meluaskan pasarnya hingga ke luar negeri. Konro hingga Amerika, siapa takut?