Cuci Sepatu Semarang Wardiman Unik Menghasilkan

Profil Pengusaha Didik Kurniawan Toyiban



Buka perjuangan laundry sudah biasa. Bagaimana kalau membuka perjuangan laundry sepatu, unik kan. Wardiman lantas berkisah bahwa semua bermula dari hobi sepatu. Pria berjulukan lengkap Didik Kurniawan Toyiban atau suka dipanggil Wardiman mengaku semua iseng awalnya.

Dia menyukai sepatu aneka bentuk, warna, dan bahan. Wardiman bersama teman, yang berjulukan Yohanes Awie Ananta, atau Awie merupakan penggemar sepatu apapun mereknya. Mereka sendiri merupakan warga Kecamatan Pedurungan, Semarang, Jawa Tengah. Kedua sahabat ini lantas membuka perjuangan basuh sepatu.

Mereka merasa kesulit merawat aneka sepatu itu. Yah hasilnya sepatu- sepatu itu bertumpuk tidak terpakai alasannya ialah nanti takut rusak. Mereka rasa semua orang mengalami pengalaman tersebut. Munculah wangsit mengenai bagaimana membuka perjuangan mencucikan sepatu.

Tanggal 25 Desember 2014, kedua sahabat ini sepakat membuka perjuangan bersama. Dimana mereka memberi nama perjuangan mereka Titik Shoes Spa. Keduanya menyewa daerah dan membuka layanan buat aneka merek sepatu dan bahan, mulai berbahan kulit Suede, Nubuck, ataupun kulit lainnya.

Sepeti namanya mereka menawarkan perawatan spa untuk sepatu. Mereka mendapatkan segala macam sepatu. Tetapi kebanyakan merupakan sepatu mahal yang sukar dicuci. "Dirawat biar tetap kinclong," imbuhnya. Ia sendiri cukup percaya diri merawat sepatu berhargaan jutaan rupiah.

Bisnis nekat


Menurut Suaramerdeka.com, Wardiman bukanlah pengangguran, ia pernah bekerja di sebuah tv lokal. Untuk menjadi pengusaha muda rela resign meski pekerjaannya telah mapan. Keisengan tersebut ternyata punya prospek cerah. Ketidak sengajaan berbisnis membawa pria 32 tahun ini mantap buat berwirausaha.

Pria kelahiran Semarang, 3 Maret 1985, tidak takut ditengah menjamurnya perjuangan sejenis. Ia meyakini perjuangan Titik Shoes Spa masih akan berkembang.

Semua berawal dari iseng, cerita- dongeng sambil nongkrong bareng temen. Nyeletuk Wardiman bilang mau buka perjuangan jasa membersihkan sepatu. Kebetulah seorang sahabat asal Yogyakarta yang mempunyai hobi sama. Bedanya temannya ini jago membuat materi pembersih sepatu sendiri.

"Setelah dikasih cleaner, saya mikir ini kayaknya kalu dijual terus perjuangan buka jasa laundry sepatu boleh juga nih," ceritanya. "Bismillah, buka saja."

Nama Titik Shoes Spa sendiri hasil becandaan teman. Mereka memberi saran banyak, termasuk soal nama perjuangan yang akan dijalankan Wardiman. Nama Titik Shoes Spa ternyata plesetan dari nama Titik Puspa. Tapi kalau dijabarkan kembali nama Titik berarti berhenti. Sementara Shoe itu sepatu, dan Spa itu yah daerah perawatan.

Jadilah artinya cukup di daerah itu. Orang akan berhenti buat merawat sepatunya. Kira- kira itu kesimpulan Wardiman diiringi derai tawa saat diwawancarai. "Seperti itu kira- kira pembagian terstruktur mengenai garingnya," selorohnya.

Padahal meski dikenal penghobi sepatu. Mereka tidak seahli dibayangkan orang. Keduanya memulai semua dari nol. Pengetahuan perawatan sepatu mereka dibilang minim. Pernah awal- awal ada orang nyuci sepatu ke tempatnya. Eh sepatu berwarna putih polos dicuci malah menjadi kuning.

Karena belum ada SOP jadilah berantakan. Dia ingat saat mencuci sepatu sambil ngerokok. "Eh kena rokok jadi bolong," kenang Wardiman lagi. Namanya perjuangan gres pertama kali, maka saat mereka telah melaksanakan kesalahan ya mereka hasilnya rela hati mengganti rugi.

Pokoknya sebagai pengusaha jujurlah melayani. Bilang lah keadaan apa adanya meski pahit. Komunikasikan dilema terjadi meski makian menanti. Ketika mereka meminta ganti rugi ya diganti. Jika mereka meminta layanan cepat maka sempurna waktu lah melayani.

Bukan urusan ekonomi pertama


Dulu ia mengaku pernah membuka perjuangan clothing. Jatuh berdiri dibuatnya mengerjakan urusan ekonomi tersebut. Tapi ia bersyukur usahanya dapat digunakan makan. Wardiman mencoba menikmati apapun usaha. Dan ia selalu berprinsip perjuangan lurus meski jatuh bangun.

Seorang sahabat mengajari keduanya mencuci sepatu. Mereka sendiri tidak punya sandaran bagaiman cara mencuci sepatu benar. Informasi pemanis didapat dari internet serta segala sumber diperlukan. Sumber lain menyerupai halnya trial and error mereka kerjakan saat berbisnis tersebut.

Dulu tidak tau materi ini bagaimana. Terus hasilnya tau kalau materi menyerupai ini tidak mampu diapakan. Semua itu datang dari pengalaman mereka sendiri. Berjalan waktu, mereka membeli sepatu sendiri, bukan buat dipakai tetapi bereksperimen bagaimana baiknya merawat sepatu sejenis.

Kalau rusak yah tidak masalah. Hal terpenting mereka mendapatkan pengetahuan yang mungkin tidak ada di buku teks. Toh itu kan sepatu mereka sendiri. Cara promosi terbaik menurut mereka. Dia mengaku memulai dari teman- sahabat mereka dahulu. Datangnya pelanggan satu- dua mereka tanggapi penuh syukur dan keseriusan.

Banyak pelanggan puas maka nama mereka tersebar lewat mulut. Dari lisan ke lisan banyak pelanggan mau datang kembali membawa orang. Kini sudah 20 orang pelanggan tetap menyerahkan sepatu mereka ke daerah mereka. 

Mereka sendiri kebanyakan karyawan kantor yang padat kegiatan jadinya susah basuh sendiri. Apalagi kalau sepatu mereka mahal butuh perawatan khusus intens. Lalu harga dipatok Wardiman senilai Rp.40 ribu hingga Rp.70 ribu. Awie menjelaskan mereka memiliki dua layanan utama: Quick Clean dan juga Deep Clean.

Untuk Quick Clean artinya memberishkan cepat. Awie menyebut basuh cepat batas waktu mencucinya hingga 20 menit. Deep Clean lebih fokus membersihkan sebersih mungkin. Layanan kedua yaitu benar- benar detail biar sepatu lebih abadi dan bersih alasannya ialah cairannya khusus.

"Cairan tidak mengandung detergen dan memiliki kandungan melembabkan materi sepatu," tutur dia.

Awie ingin terus membuatkan perjuangan mereka. Tujuan mereka selanjutnya ialah bagaimana memperbaiki sepatu rusak. Dia ingin membuatkan repaint atau cat ulang. Bahkan mereka maunya mencat ulang dan memperbaiki pribadi ke daerah pelanggan.

Bisnis masa depan


Baginya berbisni sekarang merupakan pelajaran. Bahwa ternyata susah mencari uang sendiri. Wardiman akui hal tersebut menjadi tantangan. Baginya kepercayaan konsumen merupakan barang mahal. Menjaga bentuk komunikasi kepada pelanggan merupakan kewajiban pengusaha.

Tidak boleh tutup kuping. Kalau mau menjaga kualitas kita harus mendengar. Insha Allah, menurutnya semua akan wangi, bersih, dan sempurna waktu hasilnya menyerupai sepatu basuh mereka. Mereka menggunakan materi yang alami (herbal) saat membersihkan sepatu. Karena menurutnya pakai detergen malah kuning dan kulit jadi keras.

"...kita juga pakai deodorize. Kaprikornus kalau sepatunya bacin tuh mampu ilang," imbuhnya. Walau banyak kompetitor malah justru semakin bersemangat. Selama ada persaingan justru mereka bersemangat menjadi lebih baik.

Harga Rp.50 ribu hingga Rp.80 ribu buat Deep Clean. Semuanya dari sol luar, dalam, tengah, sol atas, lidah, bahkan talinya dicuci. Quick Clean lebih murah Rp.25 ribu hingga Rp.35 ribu. Untuk satu ini cuma mampu dicuci atasnya dan tengahnya saja.

Meski mampu cepat semua tergantung materi sepatu juga. Walau dapat ditunggu, soal mereka dan materi kulit butuh perlakuan berbeda, inilah kelebihan mencuci di laundry sepatu dibanding basuh sendiri. Sepatu berharga jutaan tentu pelayanan akan berbeda dengan ratusan ribu.

Sepatu seharga jutaan, belasan juta, hingga ratusan juta, Wardiman pernah pegang. Untuk sepatu mahal, ia butuh waktu meriset dulu mereka, hingga bagaiman cara merawatnya butuh waktu. Awal sepatu datang ia akan berbicara terus terang ihwal harga ditawarkan berbeda, resiko, serta bagaimana penanganan terbaik.

Ia menyebut cleaner saja enggak cukup. Katanya cleaner aja enggak mempan. Butuh materi khusus yang ia dapatkan khusus. Soal materi tersusah menurutnya ialah Suede. "Itu susah! Engga butuh tiga hari saja membersihkan," imbuhnya.

Butuh kering dan tidak boleh dijemur di bawah matahari. Hanya dianginkan saja loh. Pokoknya lama gitulah prosesnya. Termasuk alasannya ialah noda- nodanya mencar. Juga rentan buat luntur kalau tidak hati- hati untuk dikerjakan. Yang terpenting disiplin mencari tau. Berkat perjuangan laundry sepatu kini banyak sahabat dapat kerja di tempatnya.

Wardiman mensyukuri semuanya. Mereka juga membuka peluang kerja sama. Selain itu mereka punya satu rencana membuka cabang di Jl. Krakatau V no.7 Semarang. Tepatnya mereka akan buka di UPGRIS atau dulunya dikenal IKIP PGRI Semarang.

Harapannya ialah Titik Shoes Spa semakin terkenal famous lah. Harapan lain yakni kesadaran masyarakat akan sepatu. Bahwa sepatu juga dapat menjadi investasi menyerupai hal kendaraan beroda empat atau motor antik. Kan kalau benar dirawat nilanya akan semakin mahal bukannya menyusut.