Wirausaha Tanpa Usaha Kisah Dapur Tulis

Profil Pengusaha Agoeng Widyatmoko 



Gara- gara diPHK perusahaan, hidup Agoeng Widyatmoko berubah 180 derajat. Beruntung bekal jurnalistik itu bisa ia gali kembali. Jika kebanyakan orang akan mencari kerja. Maka Agoeng lebih memilih menulis buku. Dia terbilang nekat tidak mau bekerja lagi. Padahal uang pesangon cuma cukup buat beberapa bulan saja.

Lelaki kelahiran Yogyakarta memilih berwirausaha. Selepas ia diberhentikan oleh perusahaan media daerah ia bekerja sebelumnya.

Wirausaha tanpa perjuangan


Menjadi penulis dirasa sempurna menjadi langkah awal. Berwirausaha tidak melulu menghasilkan produk untuk konsumsi. Namun, membangun urusan ekonomi apapun jenisnya, pastia akan menemui kesukaran begitupula Agoeng merasakan. Dimulailah rancangan goresan pena atau portfolio karangan, lalu Agoeng segera menulis dalam bentuk buku.

Hanya ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Buku pertama miliknya gagal di pasaran. Agoeng tak patah arang mencoba. Buku pertama diterbitkan di tahun 2005, berjudul "Cara Jitu untuk Mendapatkan Kredit di Bank -Panduan untuk UMK". 

Menarik bukan?

Fakta bahwa ia tidak pernah berwirausaha tidak diketahui. Ia nekat menulis buku tersebut dan gagal. Buku kedua juga bertema kewirausahaan, pada 2006, Agoeng meluncurkan buku ke dua pribadi meledak. Buku yang berjudul "100 Peluang Usaha" tersebut, lantas sukses besar menjadi best seller.

Waktu itu ia bertemu momen sempurna sebab belum sebanyak sekarang. Kalau sekarang kau tingga buka di internet akan berjejer aneka buku kewirausahaan. Sukses buku tersebut bahkan diminta cetak tujuh kali. Ia pun lantas diundang menjadi pembicara wirausaha.

"Ada yang bertanya, dari 100 peluang itu, saya sudah coba perjuangan apa aja?" kenang Agoeng. Seolah sadar bahwa ia butuhkan lebih dari sekedar menulis tetapi mempraktikan.

Semenjak menikah dengan Anita Marfi, tahun 2007 menjadi titik baliknya masuk ke dunia wirausaha yang sesungguhnya. Dia bersama istri lantas membuka jasa penulisan berjulukan DapurTulis. Istrinya sendiri bahkan rela keluar dari pekerjaan untuk berjualan. Sedangkan Agoeng bertugas sebagai pengontrol kualitas tulisan.

Pada masa itu memang masih belum banyak jasa penulisan. Untuk menerima klien, Agoeng rela berjalan jauh mencari klien. Mereka harus kemana- mana menjajakan layanan. Jasa paling banyak diminta dari klien yaitu jasa pembuatan annual report, buku biografi, atau juga mengisikan situs perusahaan atau perorangan.

Usaha tersebut dijalankan bermodal rumah kontrakan sepetak. Di rumah tersebut tempatnya sempit, tidak memungkinkan ia mengajak klien ke rumah. Justru dari daerah tersebut, pasangan suami- istri ini, sepakat untuk saling menghibur dalam keterbatasan.

Keseriusan berkah


Serius mengerjakan urusan ekonomi jasa penulisan. Dari sekian puluh klien ditemui, maka datanglah klien pertama dari rekomendasi sahabat sang istri. Inilah menjadi titik bangkitnya perjuangan mereka. Cuma bermodal obrolan ringan di kampus Depok.

"Pertama dapat klien Alhamdulillah pribadi disuruh ngisi konten website lembaga wisata internasional, Singapore Tourism Board" terangnya.

Menjadi klien pertama sekaligus membuka rujukan pekerjaan sejenis. Agoeng mulai mendapat pekerjaan lebih banyak lagi. Mulai juga mengakat karyawan dan beberapa karyawan lepas. Usaha DapurTulis berjalan menjalankan beragam layanan jasa menulis.

Paling membanggakan ialah dua buku biografi yang sempat ia bantu, kemudian masuk serta dibahas khusus di program Kick Andy.

Pencapaian tertinggi DapurTulis dikala diberikan kepercayaan pemerintah menangani yang namanya Annual Report ASEAN Secretariat, yang kemudian digunakan dalam pertemuan ASEAN Summit 2011 di Bali oleh Presiden Amerika, Barack Obama.

Berkat perjuangan jasa penulisan dirinya sekarang membangun rumah kantor di Depok, Jawa Barat. Menurutnya itu senilai nilai usahanya selama setahun setengah saja. Tetapi perlu ditekankan, namanya perjuangan berbasis kreatifitas sukar dihitung nominal. "Sebab, urusan ekonomi berbasis kreatifitas tidak ada patokan harganya," tuturnya.

Agar omzet tetap, Agoeng memilih menyasar LSM dan yayasan, disinalah pasar dianggapnya banyak serta itu memiliki nilai sosial. Sekarang tim DapurTulis aktif membagikan ilmu menulis, secara formal maupun lewat seminar, wujud lain yakni lewat lembaga pelatihan menulis.

Ia mengingkan orang semakin banyak paham soal nilai tulisan. Karya tulis merupakan mendidik, menjadi satu cara mewariskan ke anak cucu. "Bukan semata soal uang," tandasnya. Agoeng pun bersyukur sebab pernah diphk, sebab disanalah jiwa wirausahaanya menemukan daerah dan berkembang menyerupai sekarang.

Kunci sukses Agoeng, "...lakukan apa yang kita bisa semaksimal mungkin, pasti ada jalan."