Biografi David Si Tukang Permak Jean JJH

Pengusaha Muda Muh. David Octavian



Menjadi muda jangan cuma foya- foya. Mulailah berbisnis mungkin dari hal paling sederhana. Ini cerita David atau nama panjanganya Muhammad David Octavian. Pengusaha muda dibidang permak jean. Usaha yang dinamainya Jakarta Jean House (JJH), merupakan salah satu perjuangan permak jean premiusm di Indonesia.

Sejak kecil rajin menabung memang untung. Itulah kunci sukses David. Dimana ia bermodal uang tabungan semenjak dulu kala. Memiliki langganan kelas atas dimana menghasilkan Rp.35 juta setiap bulan. Memang sajak duduk di kursi sekolah dasar sudah terlihat jiwa wirausahanya.

Pemuda Betawi ini membiasakan diri menyimpan uang ketika itu. Putra dari pasangan Wawan Wahyudi dan Kokoh Rukoyoh ini, menyasar jean khusus milik brand ternama dunia. Bukanlah perkara mudah loh. Karena bisa- bisa nanti apa bedanya dengan permak biasa? Perjuangan dimulai ketika ia berjualan gelang rajutan.

Kemudian David pernah berjualan jaket hingga melayani jasa percetakan buku. Di masa sekolah menengah lah merupakan masa tersulit. Dimana ia menyadari pentingnya kesuksesan. Ia waktu itu mencicipi minder ketika temannya berkecukupan. Bayangkan masa itu teman- temannya asik nongkrong minta uang mama.

"...pergaulan dengan teman- sahabat yang cukup tinggi taraf ekonominya. Kadang- kada saya ingin mirip apa teman- sahabat saya, ingin minta uang sama mama untuk jajan dan nongkrong bareng teman- teman," kenang David.

Tetapi ia menyadari bahwa harus bekerja keras. Hanya semakin bekerja keras, David menyadari bahwa meminta uang ke orang renta tidak baik. Makanya ia malah semakin asik berbisnis sendiri. Hasratnya lebih ke passion berwirausaha dibanding mencari uang buat bersenang- senang.

Maka ia bertahan tetap berbisnis membuat brosur, panflet, poster atau sepanduk. Bisnisnya menyasar program yang diselenggarakan oleh sekolah.

Tidak mau kuliah


"Saya mulai berguru berbisnis semenjak masih duduk di kursi SD," tutur David.

Dia tidak mau membebani orang tua. Sudah dimulai semenjak duduk di kursi sekolah dasar. David kecil yang mendapatkan uang saku Rp.700. Uang tersebut dianggap tidak mencukupi bagi kelas lima. Naik angkot pun butuh uang Rp.200. Dibanding teman- temannya yang punya uang saku Rp.1.200 setiap hari.

Ia tidak mau merengek. Maka mencari logika melalui barang bekas sekitar. David kecil mulailah menjual aneka barang bekas. Kebetulah nih, sang ayah, yang juga montir banyak mengepul barang- barang sisa mesin. Seperti kabel diutak- atik menjadi ornamen manik- manik.

"Itulah urusan ekonomi pertama saya, berjualan gelang di kelas," kenangnya. Maka gelang tersebut dijual Rp.200- 250 setiap gelang. Pertama kali mencoba ternyata eksklusif laku. Sejak dikala itu, bisnisnya ekspansif hingga nanti ke sekolah dasar lain, disekitar Ciputat.

Untuk pemasaran kemudian diserahkan ke sahabat di SD lain. Ia menawarkan bonus khusus bagi penjualan terbanyak. Entah disadari atau tidak David kecil menerapkan seni administrasi urusan ekonomi kelas dewasa. Usaha itu ternyata terkenal dikalangan anak seumuran. Usaha gelang tersebut dijalani hingga enam tahun atau hingga kelas 6.

Semakin besar usahanya semakin besar juga. Dia mulai berbisnis garmen lewat almameter sekolah. Ia juga pernah menjadi tenaga pemasaran produk jam dan kacamata lewat online. Pengalaman didukung naluri alami hingga kesuksesan urusan ekonomi permak jean. David memiliki segudang pengalamana untuk membidik kesempatan.

Dia tidak berpikir akan kuliah. Selepas masa SMA, ia tidak mau menambah beban orang renta dan memilih berwirausaha. Namun, harapan orang renta tidak terbendung, mereka ingin anaknya hingga ke jenjang yang tertinggi yaitu universitas. Demi memenuhi usul tersebua maka David mengiyakan maju kuliah.

Ayah David ialah seorang pekerja bengkel mobil, sementara sang ibu bekerja sebagai penjaga toko. Ibu David sangat menginginkan anaknya menjadi sarjana. Sebagai anak berbakti, David melihat terang dimatanya tidak ada hal paling membanggakan selain gelar sarjana. Ibu David rela bekerja lebih keras semoga dirinya bisa kuliah.

Akhirnya David berkuliah disalah satu universitas swasta mengambil jurusan IT. Ketika masuk semester 2, ia menyadari bahwa biaya kuliah merupakan hasil jualan gelang sang ibu. Buat membiayai kuliah ibunya rela menjual barang berharga turun- menurun. Maka semenjak itupula lah, David memutuskan harus lebih bekerja keras.

Bisnis cerdas


Menyadari ibunya berkorban banyak. Sejak berkuliah, ia mulai berpikir bekerja dan menambah uang saku sendiri. Mulailah ia menggunakan uang tabungan semenjak kecil. Uang tersebut lantas dijadikannya pakaian yang dijual kepada teman- temannya. Total Rp.3 jutaan dibelikan pakaian pria maupun wanita ke Mangga Dua.

Setiap harinya harus berdiri pukul 5 pagi. Dia naik busway ke Mangga Dua, membeli pakaian pria maupun wanita. Pemuda kelahiran Jakarta, 29 Oktober 1989 ini, maka saban hari mententang dua tas penuh berisi pakaian siap jual. Seorang pedagang yang kesudahannya menemukan titik jenuh. David ingin jadi entrepreneur sejati.

Dia ingin punya kawasan urusan ekonomi sendiri. Ingin membantu orang banyak, membuka lapangan pekerjaan, punya karyawan sendiri. Disaat itu, tahun Oktober 2009, ketika usianya 20 tahun mengalirlah masuk serbuah aneka brand jean asing; Lee, Levis, Tsubi, LeeCoper, Imperial, Ksubi, Cheap Monday, Truly Legend, April 77, Iron Heart.dll.

Banyak brand jean masuk tetapi sedikit permak jean. Meskipun banyak di jalanan tidak banyak yang khusus menangani brand khusus asing. Inilah pasar disasar oleh David ketika ingin punya perjuangan sendiri. Menyasar jean ukuran besar alasannya ialah tidak sesuai tubuh orang Indonesia.

Selama itu bahwasanya banyak permak jean tersebar. Hanya, kebanyakan pemilik brand jean mahal itu tidak mau sembarangan mempermak jeannya. Sayang kan mahal- mahal ktalau hasilnya ternyata tidak memuaskan. Oleh alasannya ialah itulah lahir Jakarta Jean House, menjawab kegundahan pemilik jean mahal impor tersebut.

Diibaratkan David bahwa jean mahal mirip kendaraan beroda empat mewah. Kalau hingga pemilik salah mengganti oil maka akan berabe. Alumni Universitas Bina Nusantara tersebut akan meyakinkan hati pelanggan. Maka ia berguru keras soal jean impor mahal tersebut. Dia juga mendatangkan mesin chainstitch khusus jean dari Jepang.

Bayangkan jean banyak sekali merek tersebut harganya hingga Rp.3 juta- Rp.6 juta per- potong. Berkat niat nrimo memperdalam pengetahun perihal jean itulah; David dipercaya pelanggan mampu. Hingga ia menggaet pelanggan dari pejabat, selebriti, mahasiswa, pengusaha, dan profesi lainnya.

Dia menggaet bahkan keluarga Cendana. Beberapa pemain bola nasional juga menjadi pelanggannya. Sudah dua tahun lebih berjalan, David telah memiliki dua gerai besar di mall terkemuka Jakarta. Pelanggan juga rela datang dari Yogyakarta, Medan, Pekanbaru, hingga luar negeri yaitu Singapura dan Australia.

Pelanggan datang eksklusif atau mengirim lewat ekspedisi. Permak ala Jakarta Jean House (JJH) mencapai Rp.15.000- Rp.120.000. Sehari pihaknya bisa mereperasi 50 jean impor. Bisnis ini juga telah merambah jin impor kustom Rp.538.000- Rp.688.000 per- potong. Kalau jasa gres ini David mendapatkan tujuh pesanan sehari.

Anak montir


Otak urusan ekonomi pakaian sudah semenjak kuliah. Dia menjual lewat memotret baju- baju di Pasar Tanah Abang. Tiap pagi rela mengantri membeli baju. Ke kampus maka kanan- kiri menenteng tumpukan baju. Bahkan sempat ia akan diskor lantaran berjualan. "Pak, bapak tahu enggak kenapa saya jualan? Untuk bayar kuliah," ujar David.

Dia lantas menambahi bila ia tidak jualan maka tidak kuliah. Tidak kuliah berarti tidak membayar gaji para dosen. "Kalau saya tidak kuliah, bapak tidak bisa gajian alasannya ialah gaji bapak berasal dari duit mahasiswa," ujar David menirukan.

Tren nudie jean memang tengah digandrungi. Selain alasannya ialah brand tetapi juga alasannya ialah mahal. Ini kesempatan tidak dibuang sia- sia. Kalau ayah David membuka bengkel otomotif, maka putranya membuka bengkel buat jean. Waktu itu ia sempat disepelekan teman- teman. Mereka masih absurd menganggap kecil tukang permak jean.

Agar tidak disepelekan uang Rp.15 juta dikeluarkan sisa Rp.300 ribu. Uang hasil jualan pakaian selama berkuliah diputar kembali jadi bisnis. Memang permak jean dimana- mana tetapi bukan khusus jean mahal. Maka termasuk menawarkan solusi menjaga kualitas jean.

JJH dibuka di Cipete berukuran 1,3 meter, membeli mesin, dan renovasi. Mesin permak impor dari Jepang tersebut menghasilkan jaitan berantai. Yang menghasilkan roping effect khas jean impor. Dia menyebutkan keasilian jean akan terjaga.

Ini membuat JJH menjadi permak jean terbaik se- Indonesia bahkan Asia. Enam bulan pertama perjalanan urusan ekonomi bisa membelik orang renta mobil.

"Saya cari tau duduk perkara jean. Ketika dipotong ternyata tidak sembarangan dipotong," tuturnya. Omzet dapat dikantongi hingga Rp.35 jutaan. Berbeka keyakinan saja maka urusan ekonomi sepele bisa mendapatkan nilai jual lebih.

Strategi marketing terbaik tidak spesifik sih. Dia memanfaatkan sosial media, mulai dari Twitter, Facebook, Instagram, BBM, dan lainnya. Tidak ada terori khusus, mirip dana cadangan semoga selama 3 bulan kemudian ada backup. Itulah David cuma bergerak berdasarkan insting akan sukses. Semua tinggal dijalankan sambil jalan.