Dea Cake Malang Pernah Bangkrut Lima Kali

Profil Pengusaha Mulyani Hadiwijaya 



Membuka perjuangan bakery memang tidak mudah. Banyak tantangan dihadapi oleh Mulyani Hadiwijaya. Wanita yang dekat dipanggil Dea ini, pemilik perjuangan Dea Cake. Kepercayaan sangat dijunjung semoga menjadi dikenal dimata masyarakat Malang. Alhasil beliau kini sukses dan faktanya beliau pernah beberapa kali bangkrut.

Meski harus besaingan dengan banyak pasaing. Dea Cake dimulai dari toko materi kudapan manis berjulukan Dea kawasan Pasar Kepanjen tahun 2010. Agar tempat perjuangan makin laris maka Dea mulai mengajar kursus. Dari kursus kudapan manis tersebut berlanjut menjual aneka kudapan manis selain materi kudapan manis juga.

Akhirn tahun 2009 memutuskan membuka Dea Cake and Bakery. Selama lima tahun ternyata perjuangan tumbuh pesat meski banyak kendala terjadi. "Saya sudah gulung tikar lima kali," kenang Bu Dea. Alasan gulung tikar pun banyak dimulai dari salah memilih tempat, juga salah menyerahkan jalannya perjuangan kepada orang tidak tepat.

Manis pahit dunia urusan ekonomi kudapan manis sudah dirasakan betul. Belajar banyak perjuangan dijalankan Dea sudah memiliki 23 cabang loh.

Dea juga melirik tempat pelatihan sebagai media. Di tempat tersebut, beliau mengajarkan sekaligus menunjukkan ruang kepada mereka bekerja bersama. Dukungan konsep segar diambil eksklusif dari oven. Ketersedian SDM baik mendukung urusan ekonomi Dea.

"...jumlah total karyawan kami sebanyak 250 orang," ujar Anton Wahyudi, selaku Manajer Marketing Dea Cake.

Memang sulit mencetak SDM berkualitas. Pelatihan terencana menjadi andalan Dea. Namun tetap problem ya datang. Perusahaan tentu tidak dapat menampung harapan karyawan. Pemberian seminar terencana bisa menunjukkan perlindungan kepada perusahaan.

Aneka penghargaan sudah didapat. Mulai penghargaan Keamanan Pangan tahun 2004, The Best Winner of National Entrepreneur Award oleh Bank Internasional Indonesia (BII) dan Sindo pada 2013. Sukses selain kualitas SDM dan produk, adanya perlindungan pemerintah disebutkan Anton menjadi problem serius.

Desember 2014, tercatat mereka memiliki 23 cabang, tersebar di Jawa Tengah dan Timur, mulai Kepanjen, Purwokerto, Sukun, Singosari, Batu, Pasuruan dan Probolinggo. Visi misi perusahaan selalu diselaraskan semoga antara cabang memiliki titik temu.