Baju Plastik Kresek Bekas LKP Bu Nandang

Profil Pengusaha Erni S. Nandang 



Fenomena kantung plastik berbayar nampaknya harus berkaca kepadanya. Sosoknya pendiri Lembaga Kursus Pelatihan (LKP) Bu Nandang. Adalah Erni Suhaina Ilham Fadzry, atau orang kenal bila memanggil namanya Erni S. Nandang. Sosok dibalik kesuksesan memanfaatkan barang bekas termasuk kertas kresek.

Perjalanannya sudah lama semenjak 2008, memberdayakan masyarakat semoga hidup lebih kreatif. Caranya ialah memanfaatkan barang bekas disekitar. Termasuk kertas kresek yang dijadikan aneka kerajinan. Mengolah sampah menjadi kerajinan menjadi satu- satunya solusi kita sekarang.

Total tiga kecamatan dirangkul Erni, dari Cilacap Tengah, Utara, dan Cilacap Selatan. Dalam metodenya ia menunjukkan pembelajaran entrepreneurship. Bagaimana cara berpikir di luar kotak menghadapi tumpukan sampah.

Prinsipnya harus merubahnya menjadi barang indah. Nilai seni akan mendongkrak barang bekas mempunyai nilai jual. "Slogan kami merubah sampah menjadi berkah," papar Erni. Menjadikan sampah menjadi cantik dan juga menghasilkan pundi- pundi uang tentunya.

Pelatihan termasuk aneka workshop, seminar, serta sosialisasi langsung. Sebagai LKP, Bu Nandang tidak mau mematok akseptor disetiap acaranya. Pada prinsipnya mereka bekerja untuk sosial entrepreneurship. Ia juga menunjukkan kursus reguler. Dimana pesertanya menurut artikel kami baca mencapai 700 -an orang.

Dia bersama mengarahkan warga menjadi wirausaha. Lantas mereka bersama mampu membangun kelompok sendiri yaitu kelompok bina perjuangan (KBU). Tujuannya ialah bersama mengerjakan urusan ekonomi daur ulang aneka sampah termasuk sampah kresek bekas.

Ada enam KBU terbangun berkat Bu Nandang. Usaha mereka mengerjakan aneka kerajinan sampah. Jika berbicara anggota maka kebanyakan merupakan ibu rumah tangga dan cowok pengangguran.

Bekerja bukan bicara


Produk olahan sendiri dibagi menjadi dua jenis, yakni limbah dan non- limbah. Khusus non- limbah maksud dari itu ialah produknya bukan dari materi bekas. Dimana variasinya kecil dibanding yang limbah. Kalau produk limbah antara lain dari limbah plastik kresek, kertas bekas, belahan kaca, hingga elektronik jadi.

Produk jadinya meliputi hantaran pernikaha, daerah tisu, keranjang, ataupun aneka pernak- pernik souvenir. Ia menambahkan harga bervariasi mulai Rp.1.500 hingga Rp.100.000. Semuanya dijual melalui toko sendiri yang dikhususkan. Dua toko tersebut dimiliki eksklusif oleh LKP Bu Nandang.

Nantinya setia KBU tidak lagi pusing menjual. Mereka cukup menitipkan ditempat Erni. Pendapatan rutinnya mencapai rata- rata Rp.250.000 hingga Rp.2.000.000 per- bulan setiap KBU. Omzet LKP Bu Nandang sendiri mencapai Rp.100 juta hingga Rp.200 juta.

Lulusan Sastra Bahasa Inggris dari Universitas Padjajaran ini menyebutkan. Walau omzetnya besar tetapi ia menggunakan uang tersebut untuk perputaran modal. Termasuk digunakan untuk aneka kegiatan sosial dari Bu Nandang sendiri. Dana operasi pendidikan operasional selalui disiapkan untuk melatih warga sekitaran Cilacap.

Tidak cuma berhenti di Cilacap, Erni sudah merambah daerah lain termasuk hingga ke Jakarta. Melalui cara datang ke aneka festival kewirausahaan ataupun seminar. Erni juga membuka kemungkinan buat kau mampu masuk menjadi sponsor.

Pakaian kresek


Gebrakan terbaru LKP Bu Nandang ialah pakain pengantin. Loh, maksudnya? Usaha yang digagas Erni ini bagaimana merubah plastik kresek menjadi pakaian pengantin. Dibantu kreatiftas hal mustahil menjadi hal nyata. Baju pengantin dari materi plastik tersebut bahkan dibandrol jutaan.

Erni mengaku mengantungi omzet Rp.10 juta setiap bulan. Ide pembuatan aneka pernak- pernik ijab kabul sudah lama dijalankan Erni. Namun, di tahun 2010, wangsit gila muncul bagaimana menghadirkan plastik kresek hadir dalam pernikahan. Waktu itu salah satu anak didik LKP Bu Nandang ada yang mau menikah.

Dia merupakan murid terbaik LKP. Maka Erni berniat menunjukkan hadiah lebih dari sekedar aneka produk plastik kresek biasanya. Erni memutuskan membuat souvenir ditambah pakaian pengantinnya. Diluar apa ia maksud untuk produknya, banyak tamu malah tertarik hasil karya LKP Bu Nandang ini.

Semenjak itu undangan akan aneka keperluan ijab kabul berbahan kresek makin berdatangan.

Kesadaran akan lingkungan agak banyak mendorong penjualan. Ini membuat perjuangan kertas kreseknya maju pesat. Dia meyakinkan baju kresek tidak gampang robek. Tidak pula menjadikan alergi kulit. Erni sudah memiliki cara mengatasi tingkat kebersihan plastik.

Bahan baku dikumpulkan Erni dari warga sekitar LKP Bu Nandang. Ada daerah khusus buat mengepul itu di tempat. Termasuk juga perlindungan anggota LKP sendiri dari rumah masing- masing. Meski disoroti, Erni menolak kalau ia harus memakai kresek baru. Meski murah tetap Erni memilih kresek bekas alasannya ialah alasan khusus.

"Kalau memakai kresek baru, nilai penyelamatan lingkungan tidak ada sama sekali," jelasnya. Prosenya itu memang panjang tetapi demi menjaga kualitas.

Pertama kresek dibersihkan lalu dipilah. Pilihlah platik tebal yang berpengaruh alasannya ialah memang ada kresek tipis. Lalu beliau menggunakan alat khusus mengubah kresek menjadi lembaran. Kemudian kresek digulung diikat gelang karet. Ia lalu menyatukan itu menjadi bentuk segitiga. Kemudian gres ditempel dipola yang telah disiapkan Erni.

Setelah itu dijahit layaknya kain pada pakaian biasa. Pola kecil disatukan sedikit- demi sedikit menjadi satu bentuk baju pengantin. Ia menambahkan gliter berbahan kabel bekas semoga lebih manis. Erni dibantu oleh para muridnya di LKP Bu Nandang

Dibutuhkan 1.000 lembar plastik kresek untuk sepasang pakaian pengantin. Agar menjaga materi baku tetap tersedia, Erni bahkan rela membangun tiga gudang khusus. Gudang penyimpanan ini sempat diprotes oleh sang suami. Tetapi enteng Erni menjawab itu akan menjadi uang. Memang betul kesudahannya ini menjadi urusan ekonomi unik.

Harga jual pakaian pengantin kresek menembus juta rupih. Nilai nominalnya tidak disebutkan, tetapi dapat ia sampaikan mencapai jutaan rupiah. Untuk aneka souvenir ibarat replika candi Borobudur djual Rp.35.000 per- unit. Kecil- kecil dijual antara Rp.500 per- unit. Mereka dijual Erni dalam bentuk paket hantaran pernikahan.

Semakin banyak pesanan untung semakin besar. Pasalnya margin untung besar alasannya ialah bahannya dari plastik bekas. Berbagai pelatihan masih dijalankan LKP Bu Nandang selain membuat fasion dari kresek.