Keripik Pisang Kharisma Buzamar Optimisme Petani Pisang

Profil Pengusaha Buzamar


 
Sering kali panen pisang di Lampung terlalu banyak. Bahkan saking banyaknya hingga harga anjlok. Alhasil ia sebagai seorang petani menelan pill pahit. Harga pisang menurun drastis sampai- hingga pisang seolah jadi limbah. Walau harga murah malah sepi pembeli memborong pisang.

Dia, Buzamar, lantas memiliki wangsit membuat perjuangan hilirisasi, maksudnya supaya mendongkrak harga pisang. Dia juga mengakali minat konsumen akan buah tropis ini. Pilihan untuk berbisnis pisang olahan memang tidak salah. Buzamar lantas merubah pisang menjadi keripik ketika harga pisang murah.

Sekarang ia bisa memproduksi hingga 240kg setiap minggu. Ketika kau berkunjung di daerah produksi miliknya, maka bacin harum semerbak menghampiri.

Bisnis pintar


Sebagai petani pisang Buzamar sendiri pusing. Tujuh keliling ia memikirkan panen pisang melimpah, tetapi pembeli tidak meningkat. Bahkan cenderung sepi membuat pisang terbuang. Warga asli Desa Sungairambi Utara, Kec. Pariaman Utara ini, melihat harga pisang jatuh anjlok.

Tahun 2006, ia memutuskan untuk merevolusi hidupnya, tidak dapat dibiarkan terus menerus harga pisang hasil panen anjlok. Uang Rp.150 ribu digunakan untuk mengolah empat tandan pisang jadi keripik. Lalu ia mengemasnya dalam plastik kecil dan menjualnya.

Untuk mempermudah penjualan dijualah kecil- kecil. Ia membungkus pisang kecil dijual Rp.500 -an. Yang lantas ia titipkan ke warung- warung. Awal berbisnis respon pembeli biasa saja. Hasilnya keripik buatannya banyak tak laku. Meski begitu suami wanita berjulukan Marniati ini, tidak mau mengalah seketika.

Pria 48 tahun ini memilih memperbaiki keripik pisangnya. Mulai bentuk keripik, rasa, hingga kemasan lantas diperbaiki olehnya.

Mengkoreksi urusan ekonomi memang benar adanya. Kesalahan itu diperbaiki hingga mendongkrak penjualan. Makin lama nama keripik pisanya menerima daerah di hati. Usaha berjulukan Kharisma Flora tersebut tidak lagi tidak laku. Perlahan kemasan diadaptasi ke arah lebih modern supaya menarik hati.

Keripik pisang Kharisma dijual seharga Rp.8000 per- bungkus isi 250gram. Produksi lalu melonjak menjadi 6kg per- ahad dan seterusnya. Pemasaran meluas hingga ke Medan bahkan ke Jakarta. Rasa keripik juga dibuat sagala macam menyerupai rasa cokelat, manis, dan keju.

Ia menaikan taraf hidup keluarga petani pisang asal Lampung. Dari bisa membeli sepeda motor hingga menguliahkan anak hingga ke Jakarta. Namun sayangnya, perjuangan Buzamar makin terkendala materi bakunya yaitu pisang raja jantan.

Pasalnya banyak petani mengikuti jejak Buzamar. Adapula petani yang sudah menjual pisangnya meski ketika itu belum panen. Maka jadilah ia tidak menerima buah pisang cukup. Bahkan supaya sukses, pengusaha- pengusaha yang menggandakan langkah Buzamar ini membeli dengan harga lebih tinggi dari pasaran.

Itu alasannya yaitu petani masih gampang terpengaruhi bujuk rayuan. Terutama pembelinya bukan orang asal Sumbar. Dia yang asli Sumbar malah tidak kebagian. Dulu pisang jadi limbah maka berkat Buzamar, pisang menjadi satu komoditas mahal untuk olahan keripik pisang.