Pembuat Minatur Harley Dari Jam Bekas

Pengusaha Dewantoro Setyo Purnomo 



Dengan telaten jari- jari Wawan merakit karya seni. Ia merubah tumpukan jam bekas jadi lebih bermakna. Pemuda 21 tahun tersebut lantas menjual karyanya. Siapa sangka, mesin bekas jam tangan dapat diubah jadi Harley Davidson. Berawal sekedar iseng kini bisnisnya bisa menghasilkan jutaan rupiah.

Satu Harley Davidson dijual antara harga Rp.200 ribu hingga Rp.500 ribu. Berawal dari keisengan melihat jam arloji sang kakak yang rusak. Dalam benak pria berjulukan lengkap Dewantoro Setyo Purnomo ini sayang jikalau diperbaiki. "Daripada servis mahal saya buat karya seni," jelasnya singkat.

Akhirnya jadilah miniatur Harley Davidson. Soal penjualan memanfaatkan banyak media. Seperti sosi media untuk menggaet pelanggan. Faktanya berhasil menjual hingga kelur Jawa, menyerupai Pulau Kalimantan dan juga Bali. Seiring waktu keisengan tersebut menjadi hasrat untuk menjual lebih banyak.

Bahkan hasil karyanya menghasilkan uang buat kuliah. Kendati demikian proses pembuatan yang susah jadi halangan tersendiri.

Pantang menyerah


Awal berbisnis barang karyanya belum diapresiasi. Sambil berjalan jemari Wawan semakin lihat merangkai jam bekas. Maka dikala ia sudah jago, pesanan mengalir sendiri hingga memasan aneka minatur lain selain Harley Davidson. Kebanyakan mereka memasan spesifik khusus menyerupai mobil, motor jenis lain, dll.

Konsistensi Wawan memang patut diacungi jempol. Dia tidak termakan menekuni urusan ekonomi lain. Masa sulit diawal urusan ekonomi dianggap proses biasa. "Pasti ada masa sulit... asal kita konsisten aja dengan apa yang kita kerjakan," Wawan memberi semangat.

Soal materi baku didapatkan dari pasar loak. Untuk lem dan bentuk dipelajari lebih dahulu hingga ia bisa menemukan. Wawan mengaku membutuhkan 2 jam hingga 5 jam mengerjakan satu miniatur Harley. Kalau materi baku tidak ada maka ia siap berburu arloji bekas kemanapun.

Mulai dari mengoleksi jam tangan lantas mendaur ulang jam tangan. Namun sayangnya, ternyata tidak semua jam tangan dapat dirakit menjadi miniatur. Maka dikala ia mencoba jam tangan lalu, akhirnya tidak bisa jadi miniatur.

"Saya awalnya tidak tahu untuk apa jam- jam yang sudah mati ini," utas Wawan kembali.

Alumin Hukum Universitas Brawijaya ini memang pantang menyerah. Dalam sehari menggunakan materi jam tangan Seiko tiga buah, dan dua jam tangan buatan Tingkok, hanya untuk satu David Harley Davidson. Lalu dikala sudah tanggapan tinggal diupload ke Facebook.

Nah dikala banyak yang nge- lika maka banyak pembeli. Ia yakin menekuini urusan ekonomi minatur tersebut. Sebagai pembeli pertama mereka kakak kelas Wawan di Jurusan Hukum. Mereka tertarik alasannya yaitu karya Wawan itu unik, langka, dan dikerjakan semirip mungkin.

Ruang pameran


Pria Kediri ini melanjutkan kisahnya kepada pewarta Surya Malang. Bisnis miniatur miliknya pasang surut, ia ingat pada awal berbisnis sempat menjual laptop miliknya. Padahal, kau perlu tau nih data kuliah miliknya masih didalam.

"Ya, rela saja (menjual laptop). Sekalian mengisi waktu liburan," ujarnya lagi.

Uang tersebut lantas dibelikan banyak jam bekas. Jam bekas tersebut dibeli di Pasar Combrongan. Semua itu semoga bisa memenuhi pesanan yang semakin banyak. Pembeli datang dari Bali, Surabaya, Bontang hingga Jakarta.

Kegiatan gres tersebut sangat didukung oleh pemilik tempatnya tinggal. Iwan, memperkenankan Wawan bisa menggunakan ruang tamu sebagai studio. Ditempat itulah pulalah ia menyimpan ribuan jam tangan bekas koleksi miliknya.

Tempat tersebut juga memajang aneka miniatur mulai Ducati Monster, Harley Davidson Street, atau Harley Davidson Iron.

Variasi produk serta tingkat kesukaran menghipnotis harga jual. Tetapi tidak hingga menembus jutaan sih. Kebanyakan dijual dijadikan koleksi oleh pecinta motor gede. Hidup berdikari sekarang Wawan sudah bisa mengantongi penjualan Rp.1 juta per- bulan. Uang tersebut digunakan untuk menebus laptop yang digadai.

Ia sendiri tidak menyangkan bahwa produknya akan mendapat apresiasi. "Soalnya saya cuma iseng," celetuk Wawan.