Dilarang Usaha Aqiqah Tetap Ngotot Hasilkan Ratusan Juta

Profil Pengusaha Teguh Arif Hidayat 


 
Menjadi pengusaha muslim perjuangan apa terbaik. Apalagi kalau bukan perjuangan aqiqah. Ini salah satu pedoman yang disunahkan umat muslim. Bayangkan 4,5 juta bayi terlahir dan beraqiqah menjadi sunahnya. Dan banyak umat muslim mulai sadar pentingnya beraqiqah. Di masa sekarang aqiqah tidak lagi rumit banyak kemudahan.

Banyak pengusaha aqiqah bermunculan. Dari pengusaha veteran hingga yang pengusaha muda sukses. Salah satu pengusaha veteran dibidang aqiqah yakni Teguh Arif Hidayat. Tahun 2007 silam, dirinya mulai berbisnis aqiqah berjulukan As Shidiq. Kala itu mencari lembaga pemberi layanan aqiqah tidak semudah sekarang.

Ia harus mencari kambing atau domba sendiri. Saking sulitnya mencari, hingga Teguh menerima kambing dari kawasan Priuk, Jakarta Utara. Disitulah wangsit mengenai perjuangan aqiqah terbentuk. Kenapa tidak beliau memberi layanan penjualan sekaligus pengolahan menjadi satu, sebuah urusan ekonomi profesional menyerupai sekarang.

Uang tabungan sebesar Rp.750 ribu dijadikan modal. Taguh lantas membeli beberapa peralatan memasak dari kompor dan penggorengan. Uniknya kambing dan domba gres dibeli setelah ada pesanan. Jadilah Teguh mulai memberikan perjuangan aqiqah tanpa kambing.

Sukses nekat


Strategi urusan ekonomi Tegus mudah kok. Dia eksklusif membagi brosur. Mencetak brosur mengenai usahanya lantas menempelkan di tempat strategis. Paling menarik iyalah Teguh menitipkan brosur ke apotik. Kemudian beliau juga memberikan informasi kepada rekan kerja, tetangga, dan saudara.

Untuk layanan tambahan, beliau mendobrak lewat cara mencicil kambing. Ini dapat mempermudah masyarakat menyiapkan aqiqah anak jauh hari. Nilai angsurang diubahsuaikan harga hewan ditambah perkiraan kapan si calon bayi lahir. Hasil layanan tersebut terbukti manjur. Bulan pertama berbisnis beliau menerima 7 pesanan kambing.

Pada bulan kedua beliau menerima 12 ekor. Bulan ketiga menerima pesanan hingga 20 ekor. Usaha beliau jalankan membaik membuat rekan kerja Tegus ikutan. Dia memberikan suntikan dana modal Rp.5 juta ke Teguh. Rekan kerja Teguh itu juga membuktikan tempat pemasok kambing dan domba asal daerahnya.

Semenjak itu pula perjuangan dijalankan Teguh makin berkembang saja. Sukses bukan berarti ia lekas puas akan hasilnya. Dia ngebut membeli lahan untuk dibangun rumah 3x5 meter sebagai dapur dan kandang. Rumah yang terletak di bilangan Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Rumah tersebut dijadikan tempat penggemukan kambing. Tempat pemotongan kambing sekaligus dimasak di sana. Teguh yakin akan kualitas nomor satu selalu punya cara meningkatkan itu.

Cara meningkatkan layanan menyerupai membuat varian masakan. Aqiqah berjulukan As Shidiq ini memiliki aneka menus menyerupai tongseng, gulai semur, kare, dan lainnya. Untuk kambing atau domba orang bisa datang ke tempatnya buat memilih langsung. Pembeli juga bisa melihat proses penyembelihan langsung.

"Ada bonus buku risalah akikah dan kalau diharapkan dokumentasi hewan," ia tambahkan.

Memang inovasi layanan selalu diberikan Teguh. Bahkan beliau sudah masuk ke ranah internet lewat website milik sendiri www.akikahmurah.com. Dimana beliau memberikan tipe layanan akikah. Juga termasuk harga kambing atau domba dijual serta aneka promosi lainnya.

Informasi lain juga berupa edukasi wacana aqiqah. Dia mengedukasi calon konsumen sehingga tidak salah memilih. Namun startegi melalui internet bukanlah taktik utama. Kesuksesan aqiqah As Shidiq memang dari offline. Dimana 90 persen konsumen gres merupakan hasil rekomendasi pelanggan.

Sukses layanan


Memberikan layanan satu atap membuat aqiqah lebih menarik. Berbeda kalau dulu dimana orang harus cari sendiri kambing ditambah masak sendiri. Konsep one stop solution dianggap lebih murah, serta gampang buat dijalankan, maka pelanggan tidak perlu khawatir kehabisan waktu buat aqiqah.

Pelayanan terbaik selalu diberikan Teguh. Dia sendiri bisa menjual hingga 750 ekor kambing atau domba per- bulannya. Mengejutkan omzet diraup Teguh telah mencapai Rp.750 juta. Untung kotornya hingga 20- 30 persen dari harga satu kambing yakni Rp.600 ribu hingga Rp.1 juta.

Teguh sadar membuka perjuangan aqiqah berarti ibadah. Makanya beliau lebih memilih menyasar masyarakat kelas menengah bawah. Ini ditunjukan dengan fasilitas membeli kambing atau domba lewat angsuran. Dia ingin mengedukasi bahwa aqiqah bisa murah. Orang Islam bisa mengikuti sunah tanpa khawatir soal uang lagi.

"Selama ini persepsinya aqiqah mahal, padahal tidak," imbuh dia. Dia bahkan menyebutkan uang Rp.400 ribu sudah dapat kambing dan diolah secara syar'i. "...umurnya cukup dan sehat," tambahnya.

Seiring kemajuan perjuangan aqiqah, pria penghobi baca ini melebarkan sayap ke urusan ekonomi lain. Seperti katering dan restoran khusus kambing atau domba. Semua alasannya yakni seruan konsumen sudah terpenuhi. Ia menambah lagi bahwa urusan ekonomi katering sejalan urusan ekonomi aqiqah. Berarti orang dapat memasakan ke beliau eksklusif tanpa repot.

Dia juga menyiapkan peralatan makan lengkap. Jadilah orang tinggal cari tempat buat program aqiqah dan isi semua ditangani As Shidiq aqiqah. Semua makanan tinggal dihidangkan ke pengunjung program aqiqah. Untuk perjuangan resto dibuka di JL. Ciledug Raya, Petukangan Selatan. Menu disajikan sate kambing dan domba beliau sendiri.

Walaupun terlihat biasa, restoran dihadirkan Teguh, menurut klaimnya memiliki cita rasa berbeda. Dimana beliau menyuguhkan sate barbeque, saos padang dan lada hitam. Suami dari Nurlela ini memang memiliki semangat wirausaha tinggi. Dia bahkan tengan mengkonsep sistem kemitraan modal biar usahanya makin menyebar.

Dia tidak memilih waralaba atau franchise. Dia lebih memilih ke sistem pendanaan bersama. Join venture mungkin istilah sempurna buat usahanya. Dari pihaknya yang akan mengelola sementara kesudahannya bagi hasil.

Dilarang jadi pengusaha


Kisah sukses Teguh bukanlah tanpa hambatan. Orang renta mana mau anaknya jualan kambing. Padahal beliau sudah disekolahkan tinggi- tinggi hingga kuliah. Padahal beliau bekerja di perusahaan sekelas Nokia. Ganjalan hati tersebut sempat membuat usahanya agak tersendat. Apalagi saat beliau memutuskan keluar dari perusahaan.

Orang renta mana mau anaknya bergaji tinggi kini jualan kambing. Pilihan sulit diambilnya di tahun 2008 tetapi beliau sudah melihat arah bisnisnya. Dalam benaknya ada kegamangan antara membesarkan perusahaan orang lain atau menjadi pemilik usahanya sendiri. Waktu itu seruan kambing aqiqah sudah meledak butuh beliau disana.

Butuh seseorang buat menjalankan perjuangan aqiqahnya. Dia sendiri harus turun tangan. "Tidak enak juga kalau harus sering terlambat ke kantor. Apalagi tanda tangan aku diharapkan untuk mengambil suku cadang," ia mengenang. Orang renta eksklusif protes mempertanyakan keputusan Teguh keluar dari kantor.

Masuk logika alasannya yakni berkat orang tua, Teguh bisa lulus kuliah jurusan ekonomi di Universitas Budi Luhur, beliau ingat betul kedua orang tuanya bekerja keras banting tulang. Tetapi beliau tetap yakin ngotot melanjutkan perjuangan di bidang aqiqah ini.

Dia membuktikan bahwa jualan kambing bisa sukses. Bahkan dari usahanya kini, Teguh bisa mengakat kedua orang tuanya berangkat haji. Dia juga membantu adik hingga kuliah. Tidak perlu khawatir alasannya yakni omzet usahanya sudah ratusan juta dan punya restoran sendiri.

Seiring perjuangan berkembang jumlah pegawai meningkat. Dia memiliki 29 pegawai bekerja. Dia mengambil orang- orang yang minim keahlian. Sebagian besar merupakan buta huruf yang membutuhkan pertolongan.