Raja Mebel Indonesia Pernah Hutang Miliaran

Profil Pengusaha Frans S. Pekasa 



Kondisi gagal total dalam berwirausaha pernah dialaminya. Keterpurukan tidak menghentikan langkah pria ini, malah semakin bersemangat alasannya yaitu pengusaha yaitu hidupnya. Gambaran aktual perjalanan hidup Frans Satrya. Dan ia bisa membalikan kegagalan menjadi kesuksesan berulang.

Pernah mengalami titik kebangkrutan total saat memasuki tahun 2005. Frans, pria berkacamata ini punya hutang menumpuk. Waktu itu dirinya sempat terpikat oleh batubara. Padahal jiwa wirausaha dalam dirinya ya tidak lain hanya di mabel.

Alhasil ia tidak lagi fokus di furnitur. Ujungnya ia kehilangan perusahaan yang dulu telah ia rintis.

"Bisnis gres itu membuat saya tak lagi fokus pada furnitur," tuturnya. Makanya kau harus fokus pada satu perjuangan dulu. Terkadang pengusaha bisa memilih untuk tidak berekspansi. Perhitungan matang harulah kau lakukan jikalau di titik tertinggi.

Cermati perjuangan kau fokuslah di bahaya mendekati mu. Bermodal nekat dan besar lengan berkuasa ia kembali berbisnis di bidang sama.

Bisnis keluarga


Berawal dari urusan ekonomi sang ayah yang terseok- seok. Hutang menumpuk membuat perjuangan konstruksi ayah jatuh bangkrut. Untuk itulah Frans menjadi sosok lebih prihatin. Cara membantu ayahnya yaitu dengan ikut jadi pengusaha. Frans yang waktu itu masih duduk di dingklik SMA, memilih menjadi makelar mebel.

Selepas lulus kuliah tahun 1998 usahanya semakin getol. Apalagi ia menerima pengalaman eksklusif dari tempatnya bekerja. Ya Frans pernah menjadi pegawai perusahaan furnitur. Pekerjaan magang tersebut telah memberi gambaran wacana urusan ekonomi mebel.

Disisi lain perusahaan ayah diambil alih Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Secara bertahap ia ikut membantu hutang ayah yang masih menumpuk. Memulai perjuangan makeler mebel ternyata tidak terlalu sulit pikirnya. Usaha serius gres dirintis bersama sahabat bermodal Rp.25 juta. Hasil gadai kendaraan beroda empat Honda Civic 1989 miliknya.

Menjadi makelar berarti ia menjadi distributor furnitur. Fokus Frans kala itu yaitu produk rotan dan kayu jati. Satu peran pasti seorang makelar furnitur ala Frans ialah mencari order. Mencari pesanan kepada distributor dan lanjut menyampaikan pesanan tersebut ke pengrajin. Ia harus turun tangan sendiri menyambangi pusat mebel.

Karena menjadi makelar itu sulit. Maka ia memutuskan membanting stir. Jika mencari orang membeli barang furnitur sulit, tidak untuk orang asing. Pasar itu ditangkap oleh jiwa muda Frans. Berbekal pemahaman akan internet dirinya mulai bergeriliya. Ia membuat puluhan situs memperlihatkan mebel rotan dan jati melalui situs.

Dia dibantu dua orang karyawan. Salah satunya sahabat SMA -nya sendiri. Perjalanan urusan ekonomi mereka cukup berjalan baik. Sejak 2001 berbekal jaringan dibangun mereka berbisnis hingga ke luar negeri. Bayangkan ia berhasil mengirim mebel rotan dan kayu jati hingga tiga kontainer setiap bulan. Maka hutang sang ayah pun lunas.

Bermodal kesukses besar membuat Frans percaya diri. Tahun 2004, ia berekspansi berbisnis properti dan watu bara. Sayangnya, malang tidak dapat ditolak, maka kedua urusan ekonomi tersebut melarat menyisakan hutang buat dia. Ditambah lagi, sahabat SMA -nya itu ternyata menusuk dari belakang, malah membawa kabur uang perusahaan.

"Saya dapat dukungan Rp.11 miliar dari perajin yang dulu bekerja dengan saya," tutur dia. Rugi total tetapi untung ia menemukan jalan.

Menanggung utang besar membuat aset pribadi dinego. Baik kendaraan beroda empat ataupun rumah tidak bersisa ia miliki. Ia jadinya menumpang rumah di mertua. Enam bulan berselang Frans memutuskan untuk kembali berbisnis. Ia mendekati pengrajin patner kerjanya sebagai makelar. Hasilnya ia menerima dukungan miliaran rupiah.

Bermodal cuma nama baik membawa kebangkitan Frans. Mencoba berbisnis dari awal lagi selepas gagal total. Dia memiliki semangat pantang menyerah. Dalam dua tahun urusan ekonomi Frans kembali ke jalur semula yaitu di mebel. Berdirilah perusahaan berjulukan PT. Gading Dempar Kencana, yang meraup omzet miliara rupiah.

Pria asli Cirebon, Jawa Barat, bisa mengelola usahanya hingga menembus pasar ekspor. Oleh alasannya yaitu itu, ia menerima penghargaan berjulukan Primaniyatra menjadi eksportir terbaik tahun 2012 dan 2013 silam.

Dia berpesan jangan terburu- buru berekspansi. Sukses Frans bisa mengapalkan 30 kontainer mebel di setiap bulan. Dia menjadi pengusaha furnitur pertama sukses membuka showroom di China. Frans sudah sangat "ngelotok" akan urusan ekonomi mebel. Sejak ia menjadi mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November.

Mengambangkan urusan ekonomi selama ini yaitu internet. Pengusaha satu ini memang mengikuti perkembangan di dunia teknolgi. Memanfaatkan website untuk promosi. Termasuk ikut gabung dalam aneka portal perjuangan ibarat Alibaba dan Indonetwork mempromosikan usahanya.

Total ada 45 negara tujuan ekspor Frans di 3 benua. Yaitu benua Asia, Eropa, dan Amerika. Negara tujuan ekspor meliputi Israel, Guatemala, Nigeria, Italia, Turki, Inggris, dan Australia, dan lain- lainnya. Ekspansi di China menjadi puncak kejayaan Frans berbisnis mebel, di sana berdiri toko mebel yang berjulukan Teak123.

Omzetnya mencapai $5 juta atau setara Rp.57 miliar. Produksi Frans dibantu oleh 136 pengrajin dan 400 orang karyawan bekerj di empat pabriknya di Jepara.